Indonesia, melihat bule-bule (sebutan orang Indonesia pada warga negara asing berkulit putih) pergi lalu lalang di jalanan kota.
Di era globalisasi seperti sekarang, sudah bukan menjadi hal yang aneh apabila kita, orangFenomena ini juga terjadi di Yogyakarta, bahkan mungkin telah terjadi jauh lebih dulu dibandingkan dengan kota-kota lain mengingat statusnya sebagai destinasi pariwisata nomor dua di Indonesia setelah Bali.
Mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, setidaknya terdapat 2.900 wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Yogyakarta setiap bulannya (www.yogyakarta.bps.go.id November, 2022).
Jumlah tersebut cukup untuk membuat para pedagang atau wisatawan lokal di Jalan Malioboro untuk melihat setidaknya satu bule setiap harinya.
Seringnya melihat para bule berlalu lalang di jalanan kota Yogyakarta membuat saya tertarik untuk memperhatikan gerak gerik mereka. Para wisatawan mancanegara ini biasanya memiliki sebuah dresscode yang identik satu sama lain.
Bagi pria biasanya menggunakan atasan kaos lengan pendek dengan celana setinggi lutut yang dipadukan dengan sepasang sneakers.
Outfit serupa juga biasa digunakan oleh wanita hanya saja biasanya untuk atasan mereka menggunakan kaos tanpa lengan.
Tidak jarang juga keduanya memadukan gaya berpakaian tersebut dengan kacamata hitam untuk menahan teriknya sinar matahari Jogja dari mata mereka.
Dari kegiatan “observasi bule” tersebut, terdapat satu hal yang menarik perhatian saya, yaitu cara berjalan para bule.
Apabila diperhatikan, para wisatawan mancanegara dari Eropa dan Amerika ini berjalan setidaknya dua kali lipat lebih cepat apabila kita bandingkan dengan warga lokal Jogja. Lebih jauh, mereka juga cenderung berjalan lebih cepat dibandingkan dengan wisatawan mancanegara lain yang berasal dari Asia maupun Amerika Latin.
Fenomena tersebut membuat saya berhipotesa bahwa bisa saja mereka cenderung berjalan lebih cepat dari orang Asia, khususnya Indonesia, karena budaya jalan kaki mereka yang cukup kuat.