Mohon tunggu...
Hendri Susilo
Hendri Susilo Mohon Tunggu... Freelancer - Guru SMK Multimedia dan RPL - Freelancer Design

Manusia biasa yang gemar menulis dan membaca, serta mengulik perihal literasi, ilustrasi, visualisasi, dan digitalisasi. Terlepas dari itu semua, saya akan terus berkarya walaupun dengan pemikiran yang tak terlalu kaya, tapi akan saya usahakan untuk selalu bermakna kaya. #hdsl

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kamu Adalah Semangatku

12 Februari 2015   07:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:21 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

KAMU ADALAH SEMANGATKU

(Hendri Susilo)

Dulu, pada waktu aku duduk dibangku SMP kelas IX, aku bisa dikatakan sebagai anak yang nakal, sering bikin onarlah, boloslah, dan lain sebagainya. Aku seperti murid yang rusak yang tak tau arah tujuan, apalagi saat aku diskorsing karena berantem dan parahnya lagi orangtua ku dipanggil oleh pihak sekolahan, sungguh memalukan bukan. Iya masa itu, masa masa SMP...

*****

Krriiiiiiiiiing....! alarm jam berbunyi, jam menunjukkan pukul 06.30, aku kaget dan sadar ternyata semalem salah mengatur waktu alarmnya. Aku pun segera bergegas mandi dan siap-siap untuk sekolah. Mandi sudah, sarapan sudah, dengan tergesa-gesanya aku mengayun kebut sepedaku untuk berangkat sekolah, akan tetapi sesampainya disekolah aku teringat bahwa jam pertama nanti akan ada mapel Matematika. Disaat sedang bingung dan serba gelisah temenku cewek yang bisa dikatakan manis dan selalu ranking pertama dikelas dia bernama Lala, dateng menghampiriku...

“Kamu kenapa Hen, kok bingung mondar-mandir sana-sini?” tanya Lala.

“Enggag kok, gapapa La”

“Ooh... yasudah kirain ada apa”

Tak lama kemudian teet..teeet..teeeeet....! bel berbunyi menandakan waktu KBM akan segera dimulai. Semua murid masuk pada ruang kelasnya masing-masing, aku pun langsung menuju ketempat bangku dan beberapa menit kemudian Bu Guru datang. Semua murid di kelas serentak berdiri mengucapkan hormat serta berdo’a sebelum memulainya, waktu KBM dimulai.

“Yak... Assalamu’alaikum anak-anak?” salam dari Bu Guru untuk murid

“Wa’alaikum salam Bu...” jawab semua murid yang ada di kelas

“Hari ini kita ulangan ya.. jangan lupa tugas minggu kemarin dikumpulkan!” tegas Bu Guru.

semua murid maju mengumpulkan tugas tersebut kecuali aku yang belum mengerjakan dan untuk ulangannya sendiri disuruh untuk mengerjakan pada buku LKS hal 5 romawi II akan tetapi aku juga tak membawa buku LKS tersebut. Temenku sebangku yang bernama Didin heran dan diapun memandangi aku...

“Lihat apa Din kamu?”

“kenapa kamu gag maju ngumpulin tugas, tugasmu mana?” tanya Didin

“aku gag sempet belajar semalem, apalagi ngerjain tugas, lagi pula aku juga ga bawa LKS matik”

“hah? Gila ya kamu” dengan herannya didin bilang seperti itu”

Tiba-tiba Bu Guru memanggil aku dan menyuruh aku untuk maju, dan aku pun maju menuju meja Guru, Bu Guru memandangi aku dan dia bilang....

“mana tugas yang ibu berikan kepadamu!, yang lain sudah kok kamu belum sendiri?”

“anu bu ketinggalan” dengan groginya aku mengatakan hal tersebut

“ow... gampang banget ya kamu ngomong, mana buku LKS kamu?”

“ketinggalan juga Bu”

“kamu itu niat sekolah gag sih?? udah kelas IX bukannya rajin malah molor! yasudah sekarang kamu keluar! , selama jam saya kamu lari memutari lapangan 20x dan sebagai hukuman tambahan kamu juga harus membuat surat pernyataan bahwa tidak akan mengulangi lagi ples tanda tangan orang tua. Ngerti?!” dengan suara gemertak Bu guru memberi aku hukuman.

“iya ngerti Bu” Akupun langsung keluar dan berlari memutari lapangan dengan rasa bersalah juga menyesal.

*****

Jam pelajaran Matikpun sudah selesai akan tetapi hukuman lariku memutari lapangan 20x belum selesai. Pada selah-selah aku berlari aku mendengar seperti ada yang memanggil aku, ternyata dari kejauhan sana tepatnya di luar kelas Lala berteriak memanggil aku sambil melambaikan tangannya meng-isyaratkan untuk aku ketempat ia berteriak, lalu aku bergegas menghampiri Lala.

“ada apa La memanggilku, aku kan lagi nylesein hukumanku?”

“kan jam matematikanya sudah selesai, apa kamu tadi gag memperhatikan apa kata Bu Guru?”

“oh haha iya ya... baru nyadar, untung kamu kasih tau kalo engga bisa-bisa kakiku putus nih”

“kamu dihukum masih aja bisa bercanda, tapi ngomong-ngomong bolehkah aku tanya sesuatu?”

“hehe, iya boleh, ada apa La?”

“mengapa kamu tidak belajar lagi pula inikan dah kelas IX dan tak lama lagi pasti UN akan datang, apa kamu gag kasihan orang tuamu yang susah payah mencari uang hanya ingin menyekolahkan kamu?”

“aku belajar kok, tapi kalo aku belajar giat, kemampuanku terlalu hebat, sampai-sampai aku sendiri pun takut, hati-hati kalo aku belajar aku pasti mengalahkanmu”

*****

Setengahnya aku dan Lala berbincang-bincang terdengar bunyi bel, akan tetapi belnya berbeda sama bel biasannya, bel ini bunyinya panjang dan diulang-ulang dilain sisi murid-murid pada berteriak bilang “Yeee Pulaaaaaaang!” aku gag tau mengapa pulang mendadak gini, mungkin ini rapat atau acara penting guru yang gag bisa ditinggalkan dan diundurkan. Waktunya pulang, aku pun mengambil sepeda di parkiran untuk pulang, tau tau si Lala ngasih sesuatu ke aku.

“ini apa La?”

“itu soal ulangan, aku disuruh Bu Guru matematika untuk ngasih tu soal ke kamu, supaya kamu gag ketinggalan dalam hal nilai” jawab Lala.

“oh gitu ya, makasih ya La”

“ow iya hen, buktikan kalo kata-katamu tadi pas kita ngobrol di luar kelas itu ga omong doang”

“emmt, siapa takut” dengan PDnya aku bilang seperti itu

“oke, menurutku sih kamu itu masih pas-pas an ya, dan lebih giat lagi” terlihat tertawa kecil seperti meremehkanku.

“sekarang kita taruhan aja gimana? Kita taruhan nilai Matematika, siapa yang nilai UN matematikanya besok lebih bagus maka yang nilai matematikanya rendah harus nurut apa kata pemenang, OK?”

“ya pasti akulah pemenangnya, secara kan aku juara bertahan dalam kelas hehe, ow iya kalo aku menang aku mau kamu potong rambut sampai habis hanya tinggal 1cm doang, eitsss... tapi kalo aku kalah aku dapat hukuman apaan?”

“iya, aku berani dan aku terima tantangan itu. Kalo aku menang, kamu harus janji ma aku”

“hah? Janji, janji apa Hen?”

“kamu harus janji ma aku, kalo kamu gag boleh putusin persahabatan kita” akan tetapi dalam hati berkata sebenarnya aku suka kamu La, aku cinta kamu.

“okee, deal?” tanya Lala.

“deal” berjabatnya jari kelingking kita.

*****

Ujian Nasional 5 bulan lagi, waktu yang ada aku gunakan dengan belajar belajar dan belajar meskipun terkadang belajar itu membosankan akan tetapi belajar adalah cara awal untuk menikmati masa depanku kelak. Disaat malam hari aku belajar sampai larut malam hanya untuk menghafalkan rumus dan malamnya lagi aku gunakan dengan latihan soal atau hanya sekedar baca-baca, aktivitasku jadi seperti hidup seakan-akan aku baru menemukan cahaya baru dalam sosok jati diri ini. Sesaat nama Lala sering melintas di otakku akupun sering memikirkannya, waktu disekolah kita sering sapa dan tebar senyuman, dia juga menanyakan gimana proses belajarku, dia sering ngledek aku seperti “sebentar lagi kayaknya ada yang gundul nih” haha semua itu malahan memacu aku untuk semakin giat untuk belajar dan pada saat pulang sekolah aku sempet ketemu dengan Lala dan dia beri aku senyuman dan dia berkata “jangan lupa belajarnya” lalu aku jawab “kamu juga jangan lupa, apalagi janjimu” dia merespon dengan senyumannya yang indah, dalam hati berkata kamu adalah semangatku La.

*****

Hari demi hari, bulan demi bulan pun perlahan berlalu, begitu cepat berlalu, pada saat pembagian nilai ulangan matematika yang terakhir nilaiku cukup bagus, temen satu kelas pun pada kaget gag percaya dengan nilaiku dan kata Bu Guru “pertahankan ya nak” sambil senyum. Aku terus duduk dibangku ku dan temenku sebangku Didin...

“waaah akhir akhir ini kamu rajin banget Hen, sampai-sampai Nilai mata pelajaranmu diatas rata-rata” kata Didin kepada ku.

“aku gag pintar din tapi jenius, haha” jawabku sambil ketawa.

“ah kamu Hen, Pinter banget kamu ngomong”

Terus si Lala dari bangkunya menghadap aku dan ngasih aku acungan jempol, haha senangnya. Sehabis sekolah aku pun bergegas menuju parkiran untuk ambil sepeda, sesampainya dirumah aku gunain waktu yang ada untuk belajar dan belajar, tak terasa Ujian Nasional tingkat SMP tinggal menghitung hari, hati merasa deg deg an dan gelisah akan tetapi aku harus yakin dan kuat. Pelajaran terakhir sebelum Ujian Nasional...

“ntar sepulang sekolah sepeda an yuk La?” tanyaku

“sepedaan dimana?” jawab Lala

“ntar kamu bakal tau sendiri, mau ya?”

“baiklah” jawab Lala dengan senyumannya.

Bel berbunyi tanda pulang sekolah, aku sama Lala bersepeda menuju tempat yang ku bilang tadi, ditengah perjalanan si Lala tanya melulu “ini mau kemana sih”, aku jawab aja “bentar lagi nyampek kok”, lantaran tempatnya jauh. Sesampainya ditempat tujuan yaitu taman yang indah penuh dengan bunga-bunga dan orang-orang melintas, lalu aku gandeng tangan Lala menuju kursi di pinggir taman, disana sebenarnya aku ingin ngungkapin semua perasaan ku, akan tetapi aku takut.

“La, 3 hari lagi kita menghadapi UN, ntar kalo kita lulus kamu mau kemana?” tanyaku

“aku gag tau hen, tetapi kata Ibu, aku akan ikut nenek di Bandung jadi otomatis aku juga sekolah disana”

“ohh gitu ya, tapi besok kalo hasil UN matematikanya aku menang kamu janji ya tetep jadi sahabatku?”

“menang kalah kamu tetap jadi sahabat terbaikku kok Hen” dengan senyumnya ia berkata

“Janji” kataku, sambil merentangkan jari kelingking

“janji, yuk pulang yuk dah petang ini” jawab Lala menggandeng jari kelingkingku dengan jari kelingkingnya.

*****

Dan pada akhirnya, tibalah saatnya Ujian Nasional dimulai, sebelum memulainya aku panjatkan do’a dulu, sempet grogi sih tapi aku mengerjakannya dengan sungguh-sungguh dan hati-hati. 3 haripun berlalu bersama Ujian Nasionalnya, pengumuman kelulusan masih 1 bulan lagi dan Libur Panjangpun datang, kali ini aku gunain dengan mencari info sekolah-sekolah yang mencari peserta didik baru, Selama itu aku belum sempet ketemu sama si Lala akupun juga tak tau dia dimana. Hari itu adalah hari yang paling mendebarkan yaitu pengumuman UN tingkat SMP, setelah menunggu berjam-jam akhirnya terbayar sudah, Alhamdulilah aku lulus. Pas waktu itu juga aku mencari Lala untuk menunjukkan nilai UN khususnya matematika akan tetapi dianya tidak ada, tau-tau Bu Guru matematika datang menghampiriku memberi selamat kepadaku dan dia bilang kalo aku dicari seseorang...

“emangnya siapa Bu, yang nyari aku?”

“orang tuanya Lala, itu dia orangnya” jawab Bu Guru

Aku pun langsung berlari ketempat orang tuanya Lala berdiri, ternyata Lala titip surat ke orang tuanya untuk aku, surat itu langsung dikasihkan ke aku, tanpa berpikir lama-lama aku buka dan aku baca surat tersebut.

Hallo Hendri, apa kabar? Lama gag jumpa ya, semenjak libur panjang itu. Ow iya gimana hasil UN kamu, terutama matematika, kayaknya menang aku deh hehe tapi apapun hasilnya kamu tetap sahabat terbaikku kok. Hen? Sebelumnya aku minta maaf yagag kabar-kabar kamu dulu, sekarang aku perjalanan ke Bandung naik kereta, kamu disana baik-baik ya, jangan lupa belajarnya ditingakatin, semoga kita kelak bisa berjumpa lagi.

Your friend

(Lala)

Setelah aku baca surat tersebut aku tak tau apa yang kurasa tiba-tiba saja hatiini terasa sakit saat tau dia sudah tak disini lagi. Hari begitu cepat berlalu disaat aku sedang beraktivitas entah itu apa, aku sering melamunkan dia, sering memikirkannya, sering bertanya-tanya sedang apa dia di Bandung sana dan aku sering datang ditempat terakhir kita main yaitu taman, semua terasa beda saat Lala pergi seakan hidup sudah tak ada lagi cahaya akan tetapi aku sadar, aku sadar bahwa semua semangatku itu datang dari rasa cinta, terima kasih Lala, kamu adalah semangatku, kalo bukan karena kamu mungkin aku tak akan menjadi seperti ini, semoga di Bandung sana kamu baik-baik saja. Mungkin kenangan SMP itu sekarang sudah berlalu dan tak mungkin bisa kembali lagi akan tetapi dalam hatiku kenangan SMP itu takkan pernah ku lupakan sampai kapan pun dan akan selalu abadi oleh sang waktu.

~ THE END ~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun