Isu tentang pergantian ketua DPR-RI yang semula dipegang oleh Ade Komaruddin sebagai ganti dari Setya Novanto bulan januari kemarin, terus bergulir. Isu tersebut menemukan puncaknya setelah beredar kabar bahwa nama Setya Novanto diajukan lagi untuk menggantikan Akom. Akom yang selama ini koperative, belum secara penuh dirasakan programnya, sekaligus masih terbilang baru semenjak dari pelantikannya menjadi ketua DPR bulan Januari lalu, telah dikejutkan dengan pencopotannya sebagai ketua DPR. Sementara diwaktu yang bersamaan, nama Setya Novanto muncul kembali untuk menggantikan dirinya.
Perebutan tampuk kekuasaan menjadi ketua DPR ala partai beringin ini sungguh terbilang lucu. Ia yang kemarin sempat bertarung di internal partai untuk memperebutkan ketua umum partai Golkar, kini persaingannya terbawa sampai ke DPR. Susah untuk tidak menyebut itu adalah politik bersih-bersih, politik untuk menghanguskan lawan dengan cara tidak elegan dimana nama baik institusi DPR tengah dipertaruhkan.
Jika mau jujur, langkah Setya Novanto yang terburu-buru mencopot Akom sebagai pimpinan DPR-RI, adalah sebuah tindakan yang sangat berpengaruh terhadap nama baiknya. Kasus tentang “Papa Minta Saham” yang sempat mencuat beberapa bulan lalu, masih membekas secara ketat diingatan masyarakat tentang bagaimana culasnya para pejabat tinggi dalam pembagian proyek yang terjadi di tanah air. Alih-alih untuk memulihkan nama baik, Setya Novanto malah lebih tampak benderang manuvernya atas jabatan tinggi di DPR.
Publik semakin tidak puas, manakala Setnov untuk memperebutkan kursinya sebagai pimpinan DPR RI dari Akom, ia malah memilih mengunjungi presiden dan Megawati sebagai sekutunya. Tidak dirasakan oleh masyarakat, pertimbangan-pertimbangan logis dan dewasa dari internal partai sendiri, untuk mengatur etika agar lebih hati-hati dan tidak terburu-buru. Sangat disadari, langkah Setnov yang demikian, jauh lebih terkesan sebagai pejabat yang gila kedudukan dan rakus kekuasaan.
Sadar atau tidak, masyarakat tengah mengalami krisis yang luar biasa di DPR. Sebuah krisis yang tidak main-main, dimana kepercayaan kepada institusi tersebut terus dirongrong oleh segelintir pejabat yang buruk akhlaknya, yang picik tindakannya, dan culas politiknya. DPR yang sejatinya untuk memperjuangkan suara dan nasib rakyat, sebuah lembaga legislatif titipan rakyat, digaji oleh keringat rakyat, kini tengah diobok-obok oleh pertarungan segelintir elit dengan mengatas namakan kewenangan partai. Pertimbangan-pertimbangan logis dengan memperhatikan track record pimpinan, benar-benar diabaikan seiring ganasnya pertarungan politik di dalamnya.
Syahdan, yang rakyat butuhkan hari ini adalah langkah dewasa, apalagi sebagai pimpinan partai yang punya pengaruh kuat di dalamnya seperti Setya Novanto. Langkah-langkah yang berpotensi gaduh hanya akan mengundang kecurigaan masyarakat, apalagi di tengah kondisi negara yang tengah diterpa persoalan pelik seperti sekarang ini. Tindakan-tindakan di luar akal sehat, yang hanya menambah kecamuk ketidak puasan rakyat atas pejabat, mestilah segera dibendung sekalipun kepentingan diri sendiri dikorbankan. Semuanya, hanya demi indonesia yang lebih baik
*) Sumber Gambar: radarlampung.co.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H