Mohon tunggu...
Hendri Muhammad
Hendri Muhammad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Welcome Green !! Email: Hendri.jb74@gmail.com

... biarlah hanya antara aku dan kau, dan puisi sekedar anjing peliharaan kita

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Mobnas Indonesia ala Malaysia

10 Februari 2015   00:58 Diperbarui: 15 Februari 2022   22:00 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Kompas.com

Heboh kerjasama antara Proton Malaysia dengan Indonesia lewat PT. Adiperkasa menuai kritik dari pengamat dan netizen di Indonesia . Kerjasama ini dipandang konyol mengingat siapa Proton dalam konteks persaingan produsen otomotif di kancah global ? Terus, mengapa PT. Adiperkasa yang dipilih sebagai partner kerjasama?

Pada tulisan ini saya ingin membedah MoU tersebut dari sisi Proton Malaysia yang dalam banyak kesempatan diwakili oleh pernyataan Mahathir Muhammad selaku Chairman Proton.

Beberapa fakta-fakta dan peristiwa berikut ini jelas menunjukkan bahwa motif utama pihak Malaysia sebenarnya bukan sedang berkeinginan untuk membangun industri otomotif Indonesia, apalagi Asean, melainkan sedang membawa kepentingan industri otomotif nasional mereka sendiri.

Berikut point-point-nya:

Proton berhadapan pada kondisi bisnis yang sedang menurun

Keuntungan yang dibukukan dari penjualan Proton di Malaysia belum bekerja dengan baik. Laba sebelum pajak untuk enam bulan sampai akhir September anjlok sekitar 40 % dari tahun sebelumnya.

Secara keseluruhan, penjualan Proton pada tahun 2014 turun 17 % dari tahun sebelumnya menjadi sekitar 115.800 unit. Pangsa pasar produsen mobil  ini, yang pernah lebih dari 50 % , telah turun menjadi  17 % , terendah abad ini.

Salah satu alasan mengapa Mahathir diminta kembali ke arena untuk menjadi Chairman Proton tentunya agar ia bisa menghindarkan Proton dari kebangkrutan dan bangkit menjadi produsen otomotif kelas dunia.

Tantangan Proton untuk menjadi produsen mobil yang kompetitif.

Proton mutlak membutuhkan dorongan sales yang besar yang otomatis akan memaksimalkan kapasitas produksi mereka hingga mampu menjalankan dan membiayai research and development untuk pengembangan model baru, serta mampu mencapai skala ekonomis tertentu untuk menjadikan produk otomotif mereka semakin kompetitif untuk bersaing di pasar global.

Salah satu strategi Proton untuk mendorong sales dalam jumlah besar salah satunya adalah dengan membidik pangsa pasar di luar Malaysia karena kapasitas pasar domestik yang sudah mulai terbatas.

Indonesia adalah pasar yang menggiurkan.

Indonesia, dengan jumlah penduduk 250 juta, yang tentu saja menjadi pasar yang sangat menggiurkan yang bisa menjadi penyelamat Proton yang sedang berjuang untuk meningkatkan penjualan setelah profitabilitas yang jauh menyusut karena persaingan global.

Namun, tentunya proton memiliki masalah besar yang membuat penjualan produk mereka baik secara domestik maupun luar negeri seolah-olah jalan di tempat. Masyarakat otomotif dunia sudah tahu bahwa ada image buruk yang sudah terlanjur melekat (terutama market di luar Malaysia) bahwa Proton adalah poor quality cars (memiliki kualitas rendah) dan bland models (ketinggalan dari sisi model). Belum lagi sebagian masyarakat Indonesia memiliki resistensi terhadap segala sesuatu yang berbau Malaysia.

Sebagaimana yang sudah diketahui, sebelum penandatanganan MoU Proton sudah masuk menjajaki pasar Indonesia dengan total penjualan tahun 2014 hanya sekitar 500 unit dari total keseluruhan 1.250.000 unit yang terjual di Indonesia. Sangat jauh dari yang diharapkan.

Tentu mudah untuk dipahami bahwa Proton membutuhkan strategi yang berbeda yang tidak akan bisa dijalankan jika masuk ke Indonesia melalui persaingan terbuka di pasar bebas.

***

Disinilah Mahathir Mohammad memang menunjukkan kelasnya sebagai pebisnis ulung sekaligus pelobi yang luar biasa. Mahathir mampu menyisipkan/menggolkan kepentingan strategis Malaysia di Indonesia dengan cara-cara yang sangat licin dan elegan lewat penandatanganan MoU dengan PT. Adiperkasa yang disaksikan Jokowi.

“PT Adiperkasa is a private company backed by the government,” begitu kata Mahathir Muhammad terkait MoU antara Proton dengan PT. Adiperkasa (perusahaan yang didukung pemerintah Indonesia) untuk membangun industri otomotif nasional Indonesia dengan format joint venture.

Terminologi “backed by the goverment” ini, oleh Mahathir, lebih lanjut didefinisikan sebagai kebijakan proteksi (dalam bentuk proteksi tarif, atau nantinya bisa juga berbentuk diskriminasi bea masuk, perpajakan, dll) yang diberikan pemerintah Indonesia kepada industri otomotif nasional hingga bisa berkembang dan bisa berkompetisi dengan produk-produk otomotif lainnya di Indonesia, utamanya produk otomotif Jepang. “If the project is successful, Mahathir said, there should be tariff protection to enable Indonesia's auto industry to grow.”

Mahathir merujuk pada negara-negara lain seperti Jepang dan Korea Selatan yang juga melakukan proteksi bagi industri otomotif mereka, dan jelas menginginkan hal yang sama terkait kerjasama pengembangan mobnas Indonesia ini. "We should adopt some of their strategies," kata Mahathir, "It will not be unusual for Malaysia and Indonesia to consider protecting an infant baby."

Jika kerjasama dengan PT. Adiperkasa ini bisa dijalankan, bahkan Mahathir siap untuk investasi dan memangkas keuntungan Proton hingga titik minimum, karena dalam jangka panjang hal itu akan bisa membuat produk-produk Proton semakin berkualitas dan menjadi semakin kompetitif. Disinilah Mahathir menunjukkan bahwa betapa ia menginginkan Proton bisa berdiri sejajar menjadi pesaing tangguh bagi pabrikan otomotif asal Jepang maupun Amerika.

Jadi, bisa dipahami konteks penandatangan MoU pengembangan “mobil nasional” dari sisi kepentingan nasional Malaysia. Indonesia tidak lebih sekedar “objek market” sekaligus laboratorium dengan memanfaatkan"proteksi" dari pemerintah Indonesia menuju kebangkitan industri otomotif mereka.

Hebat, bukan???

Ref:

http://asia.nikkei.com/Business/AC/Malaysian-conglomerate-struggles-to-turn-car-unit-around

http://www.oaoa.com/news/business/article_424b3328-c8aa-581f-996a-7a4ca5b722a7.html


 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun