Mohon tunggu...
Hendri Nova
Hendri Nova Mohon Tunggu... -

saya sudah menikah

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ini Dia Tantangan dan Harapan Hadirnya Ruang Publik di Perkotaan

30 September 2015   21:43 Diperbarui: 30 September 2015   21:43 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun masa itu kini telah berlalu. Lokasi bermain saya dan teman-teman, kini sudah menjelma jadi rumah tingkat dua yang sangat besar. Pohon beringin tua di belakang rumah kini sudah tidak ada bekasnya lagi. Padahal usianya sudah ratusan tahun, memang sangat disayangkan.

Bahkan lokasi main bola dengan teman-teman di bibir pantai, kini sudah lenyap. Abrasi telah mengambil kebahagian bermain generasi setelah kami. Bahkan setelah dibuatkan grib pantai, warga sekitar mengambil pantai sebagai tempat perumahan. Miris memang.

[caption caption="Kota Tua Jakarta"]

[/caption]

Kini, saya sudah berkeluarga. Anak-anak saya tidak sebahagia dulu lagi. Untuk bermain bola, di komplek saya tak ada lapangan bola. Kadang untuk bermain badminton, anak-anak saya harus bersiteru dengan kendaraan yang lalu lalang di depan rumah. Maklum mereka hanya bisa main di jalan gang depan rumah.

Mau mengajaknya main bola di lapangan, sungguh sangat susah mencarinya. Semua lapangan bola disewakan untuk para pelatih yang melatih generasi bola masa depan.

Anak saya kini sudah belajar main bola, namun seperti anak tetangga, mereka hanya bisa main bola di dunia hayal. Game-game bola, itulah kegemarannya. Memang sangat kasihan dengan generasi yang ada sekarang.

Ruang Publik

Hilangnya ruang publik di tengah-tengah masyarakat, banyak sedikitnya disebabkan oleh pemerintah juga. Tidak adanya ketegasan bagi para pengembang perumahan untuk menyediakan ruang publik bagi warga komplek, menjadi bencana di masa datang.

Komplek disesaki bangunan yang bahkan untuk menanam pohon pun terpaksa harus dalam pot. Masyarakat rela tinggal di rumah tipe Rumah Sangat Sederhana Sempit Sekali Selonjor Saja Susah (RSSSSSSS).

Rumah saja seperti itu, bagaimana dengan ruang publiknya. Paling yang masih disisakan untuk ruang publik dan dibuat pengembang hanya tempat ibadah. Kalau ingin dikembangkan, harus dijadikan berlantai dua. Kalau ingin dilebarkan, terpaksa harus beli dan diruntuhkan beberapa rumah warga.

Akhirnya anak-anak hanya bisa bermain di gang-gang sempit. Jika terlalu semangat menendang bola, bisa-bisa memecahkan kaca jendela tetangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun