Mohon tunggu...
Hendri L Tobing
Hendri L Tobing Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Saya tidak mendefinisikan siapa diri saya. Mungkin, saya adalah seorang peminat sains, sejarah, seni, teknologi, dsb. Mungkin bisa dikatakan bahwa pekerjaan saya adalah menulis dan membaca dsb. Akan tetapi, saya bukanlah sekedar itu semua dan terbatasi oleh definisi itu semua. Blog: hendriltobing.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Racun Kreativitas

24 November 2011   14:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:15 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Terus kreatif dan “gila” bukanlah pekerjaan mudah. Ada masanya kreativitas muncul dalam kondisi terbaiknya, namun ada kalanya kreativitas itu sakit-sakitan. Padahal, sebagai blogger kita dituntut terus kreatif, tidak peduli dalam kondisi lapang maupun sempit. Kreativitas harus terus fit. Karena itulah, kita harus acuh dan melindungi kreativitas dari hal-hal yang dapat meracuninya. Hmmm, kira-kira apa saja yang dapat meracuni kreativitas?

Pertama, rendah diri.

Ada saja orang yang percaya bahwa dirinya terlahir tidak sekreatif orang orang lain. Orang-orang ini menganggap dirinya tidak diberikan kecerdasan yang memadai untuk menjadi superkreatif, sehingga iapun menetapkan batasan bagi kreativitasnya. “Yah, cukup seginilah...” “ Ini sudah maksimal banget kok...”.

Padahal, orang-orang ini terlahir dengan sempurna. Sel neuron yang dimiliki manusia jumlahnya sama. Masing-masing orang dianugerahi 1 trilyun sel neuron. Jumlah sel otak kita sama dengan JK Rowling, Michael Crichton, atau Andrias Harefa. Kita harus pede!

Namun harus dicatat, seperti halnya otot, sel-sel otak akan lemah jika tak pernah dipakai. Jadi, berhentilah merasa tolol dan segera gunakan sel-sel otak kita! Teruslah menulis!

Kedua, alergi kritikan.

Kritikan itu adalah hal yang biasa dan pasti akan terus ada, baik kritik yang benar-benar tulus atau sekedar menjatuhkan saja. Kalau kita perhatikan orang-orang besar, mereka bukan tidak pernah dikritik. Justru mereka sangat kenyang kritikan. Charles Dickens, penulis terkenal asal Inggris contohnya. Anda pasti tak menduga bahwa editornya pernah membuang tulisan-tulisan Dickens ke tong sampah karena dianggap jelek. Tapi itu tidak membuatnya jera berkarya. Justru ia semakin semangat menulis.

Siapa tak kenal Chicken Soup? Buku inspiratif karangan Jack Canfield dan Mark Hansen. Akan tetapi, tak banyak orang yang tahu bahwa mereka berdua harus mendengar “Tulisan Anda ditolak!” oleh sebanyak 33 penerbit. Selanjutnya mereka ditolak 134 penerbit lain di Book Expo America. Untung saja sebuah penerbit kecil, Health Communications Inc., setuju untuk menerbitkan buku itu asalkan pengarangnya menjamin akan membeli 20.000kopi buku pertamanya. Terbitlah Chicken Soup for the Soul buku seri nonfiksi terlaris sepanjang sejarah. Lebih dari 100 juta buku yang telah dicetak dengan penjualan total lebih dari 1 milyar dolar!

Kritikan adalah suplemen bagi penulis! Nikmatilah!

Ketiga, haus pujian.

Setelah memosting sebuah tulisan di blog, apa yang Anda lakukan? Sebagian mungkin menunggu apakah tulisan mereka masuk HL. Sebagian lainnya menunggu respon dari pembaca. Di kompasiana, kita dapat mengetahui berapa kali tulisan kita dibaca orang, berapa kali tulisan kita dishare di FB, Twitter atau Google+. Kita juga dapat mengetahui pendapat orang lain melalui kolom komentar yang disediakan. Diam-diam, kita mengharapkan komentar yang menyanjung tulisan kita.

Pujian itu ibarat pisau bermata dua. Apabila pujian tidak diterima, artinya kita tidak menghargai diri sendiri. Namun, jika diterima, kepala kita berpotensi menjadi besar. Menghargai diri sendiri itu baik, namun kita tidak boleh besar kepala. Besar kepala membuat kita berpuas diri dan enggan belajar. Akibatnya kemampuan kita terbatasi dan tak pernah berkembang lagi.

Pujian tidak boleh kita jadikan patokan dalam berkarya. Jika suatu saat karya kita tidak dipuji, lantas muncul perasaan tak dihargai dan malas untuk berkarya lagi, itu artinya kita telah menjadikan pujian sebagai tujuan utama. Ini tidak boleh terjadi. Sepatutnya pujian hanya dijadikan sebagai bunga-bunga pengharum dalam berkarya, bukan tujuan utama. Kita harus tetap semangat, walaupun tidak disanjung oleh manusia. Kalaupun seluruh dunia tidak ada yang memuji, tak masalah, karena kedudukan Anda tinggi di mata Sang Pencipta.

Demikianlah beberapa racun kreativitas menurut saya. Semoga saya sendiri dapat mengenali dan menghindarinya. Selamat berkarya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun