Media mainstream adalah corong dari opini masyarakat suatu Negara, karena memang salah satu fungsi media adalah membentuk opini publik. pemakaian yang salah istilah "anarkis" dalam pemberitaan Mengingat pentingnya peran media, bisa di bayangkan jika pekerja media salah menuliskan suatu berita atau suatu istilah kata, otomatis masyarakat akan tetap beropini atau memakai istilah apa yang di tulis media, karena memang masyarakat indonesia masih banyak yang belum mau bersikap skeptis terhadap media, apalagi sampai melakukan analisis framing. Seperti penggunaan istilah “anarki”, baik media cetak maupun elektronik di Indonesia selalu menggunakan istilah anarki sebagai sesuatu hal atau kelakuan yang merusak, brutal dan menghancurkan. Setahu saya sudah dari lama sekali para penggiat media di Indonesia salah pemahaman tentang istilah kata “anarki”. Efek dari salah pemahaman media terhadap arti istilah anarki adalah membentuk pikiran masyarakat bahwa anarki memang memiliki arti yang demikian.
Anarkisme atau dieja anarkhisme yaitu suatu paham yang mempercayai bahwa segala bentuk negara, pemerintahan, dengan kekuasaannya adalah lembaga-lembaga yang menumbuhsuburkan penindasan terhadap kehidupan, oleh karena itu negara, pemerintahan, beserta perangkatnya harus dihilangkan. (Sumber: Wikipedia Indonesia).
Singkatnya pemikiran anarki adalah suatu pemikiran yang menghendaki kehidupan masyarakat tanpa pemerintahan, bahwa tidak ada yang boleh diperbudak atau menjadi majikan dan setiap manusia berhak bebas. Anarki memang radikal tetapi tidak sampai melakukan pengrusakan, anarki hanya sampai pada tataran pemikiran dan penampilan. Contoh yang sering dipakai media dalam pemakaian istilah anarki adalah, demonstrasi mahasiswa yang chaos dan merusak di istilahkan demonstrasi yang anarkis. Padahal demonstrasi mahasiswa tersebut lebih tepat di sebut demonstrasi yang vandalis. Makna kata vandal dalam KBBI, memiliki dua makna. pertama : perusak hasil karya seni dan barang berharga lainnya. kedua, orang suka merusak dan menghancurkan secara kasar dan ganas. Jadi lebih tepat untuk memakai istilah vandalis untuk mengistilahkan demonstrasi mahasiswa yang chaos dan merusak. Sudah saatnya para penggiat media tidak latah dalam menggunakan istilah dan mulai membenahi dari hal yang terkecil. Bersifat skeptis pada media seharusnya menjadi keharusan untuk masyarakat penikmat media, selain dari salah penggunaan istilah, media sekarang juga banyak di gunakan sebagai senjata politik. Keberpihakan media sangat jelas dapat di analisis. kunjungi blog saya untuk lebih lanjut http://hendrayudhantopanico.blogspot.com/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H