Di bawah kepemimpinan Erick Thohir, PSSI gencar melaksanakan program naturalisasi dengan tujuan memanggil pulang para pemain sepak bola yang memiliki hubungan darah dengan Indonesia untuk kembali membela tanah air.
Saat ini, jika kita melihat timnas bermain, sudah seperti melihat timnas Belanda berseragam Indonesia. Wajah-wajah pemain asing menghiasi kesebelasan timnas kita.
Darah Indonesia mereka berasal dari ayah, ibu, nenek, dan kakek, ada juga yang orang tua mereka lahir di Indonesia. Misalnya, Marten Paes. Dia memang tidak memiliki darah Indonesia, tetapi neneknya lahir di Indonesia saat masih bernama Hindia Belanda.
Menurut PSSI, program naturalisasi ini merupakan strategi jangka pendek untuk meningkatkan kualitas sepak bola Indonesia, agar tidak tertinggal dari negara-negara lain.
Program ambisius ini perlu diakui sangat berdampak pada kualitas sepak bola kita. Apalagi saat ini Indonesia sedang berjuang untuk lolos ke Piala Dunia. Dalam dua pertandingan terakhir pada kualifikasi Piala Dunia 2026, timnas berhasil menahan imbang dua tim raksasa yang selalu langganan Piala Dunia, yaitu Arab Saudi dan Australia.
Mungkin jika timnas masih diisi oleh para pemain lokal, kita tidak bisa sehebat sekarang. Apalagi, peringkat FIFA timnas terus naik.
Semua ini berkat program naturalisasi yang dilakukan secara intensif oleh PSSI.
Saat ini, para pecinta sepak bola tanah air seakan mengangkat dada karena bisa merasakan memiliki timnas yang tangguh.
Namun, di balik euforia tersebut, ada saja kritikan yang menganggap program naturalisasi ini tidak baik.
Siapa lagi kalau bukan Si Toel, yang selalu mengkritisi para pemain naturalisasi. Selain Si Toel, kritik terbaru datang dari Rocky Gerung.
Menurut Rocky Gerung, naturalisasi semacam itu adalah penipuan terhadap sensasi.