Mohon tunggu...
Hendra Wattimena
Hendra Wattimena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Alumni Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Pattimura

Blogger di www.sudutplambon.com, banyak membahas seputar dunia pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nyatanya KIP-K Lebih Unggul dari Program Satu Keluarga Miskin Satu Sarjana

2 Januari 2024   20:57 Diperbarui: 2 Januari 2024   21:01 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SUDUTPLAMBON.COM-Perlu kita akui, dengan pendidikan yang merata dan berkualitas, tujuan Indonesia Emas 2045 dapat terwujud. Maka dari itu, tak heran jika saat ini para calon presiden yang akan bertarung pada Pilpres 2024 berbondong-bondong menggagas terkait program pendidikan.

Salah satu yang menarik untuk diulas programnya yakni Capres nomor urut 3 Ganjar-Mafud. Program terkait pendidikan yang ditawarkan oleh Ganjar-Mafud yakni program satu keluarga miskin satu sarjana. Dilansir dari ganjarpranowo.com, lahirnya program ini lantaran Ganjar menganggap negara ini akan maju jika keluarga miskin dapat harapan hidup yang lebih baik. Maka dari itu, ia merasa perlu adanya satu orang pada setiap keluarga miskin untuk dapat bersekolah hingga perguruan tinggi.

"Kalau kemudian nasib orang Indonesia dari keluarga miskin akan lebih baik. Maka, satu keluarga miskin kita cari satu anak yang kita sekolahkan sampai sarjana, agar bisa merubah nasib keluarganya," tutur Ganjar saat menghadiri acara Teman Cerita Festival di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Kamis (21/12/2023).

Bagi saya pribadi, program yang diusung paslon tiga ini bukan malah lebih meningkat dari program presiden sebelumnya Jokowi, malah kualitas programnya menurun. Bukan hanya ini, program ini sama sekali tidak pro terhadap keluarga miskin.

Kenapa demikian?

 Pertanyaannya, kenapa nama program Ganjar harus demikian? Satu keluarga miskin satu sarjana? Kenapa tidak lebih?

Dari nama programnya saja, seakan sudah membatasi untuk satu keluarga miskin hanya cukup satu orang dalam keluarganya yang harus sarjana. Atau mungkin maksudnya minimal satu orang dalam keluarga miskin harus sarjana, akan tetapi program ini bagi saya tidak begitu menarik sama sekali dibandingkan dengan program Kartu Indonesia Kuliah (KIP Kuliah) yang saat ini telah membantu ribuan anak kurang mampu untuk berkuliah.

Seharusnya, KIP Kuliah dilanjutkan. Semua Mahasiswa penerima KIP Kuliah pasti sepakat kalau program KIP Kuliah dari presiden Jokowi perlu dilanjutkan ke depan. Siapapun presidenya, program ini perlu dilanjutkan dan diperbaiki regulasinya. Dibandingkan dengan program Ganjar satu keluarga miskin satu sarjana, program KIP kuliah justru memiliki banyak sekali keunggulan.

Beberapa teman saya yang berasal dari keluarga tidak mampu yang kehidupannya pas-pasan dengan program KIP Kuliah ini dalam satu keluarganya mereka bisa lebih dari beberapa orang yang mampu menempuh pendidikan tinggi. Jadi, KIP Kuliah telah terbukti dan menjamin berapapun anak dalam keluarga miskin yang ingin melanjutkan perguruan tinggi bisa diwujudkan mimpinya.

Program KIP Kuliah ini sebelumnya dikenal dengan Beasiswa Bidik Misi yang kemudian pada tahun 2020 berganti nama. Tentu program ini sudah banyak mencetak sarjana dalam keluarga miskin yang begitu banyak. Menariknya, program KIP diberikan berkelanjutan mulai dari SD, SMP, hingga perguruan tinggi. Ini tentu sangat membantu keluarga miskin untuk mendapatkan akses pendidikan bagi anak-anak mereka.

Lantas yang menjadi persoalannya sekarang adalah regulasi dari program KIP Kuliah perlu diperbaiki agar lebih tepat sasaran untuk mereka yang benar-benar miskin, dengan begitu akan lebih banyak lagi anak-anak dari keluarga miskin dapat mendapatkan gelar sarjana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun