Belum sempat menarik nafas lega karena pandemi Covid-19 sempat menurun beberapa bulan lalu eh, si Omicron kembali muncul. Entah dari mana datangnya, tiba-tiba dia melonjak secara menggila.
Covid-19 memang punya banyak varian, salah satu varian terbarunya adalah varian Omicron. Setelah ini, varian apa lagi yang akan muncul? Apakah nanti akan muncul varian baru dengan nama berbeda misalnya seperti Popcorn, Politron, Tronton, Mikrophone, atau malah Megatron? Biar nanti datang juga Optimus Prime untuk memberi vaksin mereka yang masih bandel untuk divaksin.
Misalnya, Covid ini punya keluarga. Mungkin, si Omicron merupakan salah satu anak yang ibunya bernama Umicron, bapaknya Abicron dan kemungkinan saat lebaran mereka sekeluarga kumpul untuk reunian sama tante mereka yang bernama Tantecron.
Covid-19 mungkin akan terus bermutasi  seperti  yang disampaikan oleh salah satu ilmuan WHO, Soumya Swaminathan saat diwawancara oleh wartawan Afrika Selatan. Menurut WHO, dunia masih belum keluar dari pademi virus ini. Ada kemungkinan besar akan terus bermutasi dan berkembang menciptakan berbagai varian virus baru yang akan lebih berbahaya dan mudah menular. Oleh sebab itu, WHO mengeluarkan peringatan terkait pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga detik ini.
Maka dari itu sebagai masyarakat, ayo kita patuhi anjuran pemerintah! Jangan terlalu banyak protes! Kalau belum vaksin, ya silahkan ke puskesmas terdekat buat vaksin! Jangan  lantaran lihat postingan hoaks di media sosial soal konspirasi, lalu berasumsi sembarangan! Mari lebih cerdas! Jangan terlalu cepat mengasumsi, lalu menarik kesimpulan dan menganggap itu sebagai suatu kebenaran!
Masyarakat memang perlu diberi pemahaman mengenai Covid-19. Mereka terlalu cepat menelan mentah-mentah kabar-kabar burung yang beredar. Akibatnya, membuat mereka keras kepala tidak mau divaksin. Ada yang sudah divaksin malah berkeliaran dan membuat kerumunan tanpa menjaga protokolCoba kalian bayangkan, kebanyakan argumentasi para penganut konspirasi yang dipercaya masyarakat hanya mendapat informasi dari berita-berita hoaks, video-video dari para orang yang mengaku paham akan pandemi, paham akan vaksin lalu memvonis bahwa semua itu akal-akalan pemerintah.
Padahal yang berargumen ini bukan para dokter yang ahli di bidangnya. Kebanyakan mereka adalah kumpulan manusia sok pintar dan sok tahu. Argumen mereka malah mengalahkan anjuran dokter yang memang tahu banyak hal terkait pandemi.
Untuk menjadi seorang dokter itu bukan hal yang mudah. Harus melewati berbagai tahapan panjang di dunia pendidikan hingga mengambil spesialis. Ilmu yang dimiliki oleh seorang dokter malah tidak dipercaya anjurannya, malahan lebih percaya orang-orang yang cuman ilmunya didapatkan di media sosial. Hanya paham setengah-setengah lalu merasa diri paling WOW, dan tahu segala hal akan pandemi ini.
Pemerintah juga tidak mungkin ingin menyusahkan masyarakatnya. Yang katanya pandemi itu akal-akalan pemerintah mungkin otaknya perlu divaksin dengan dosis tinggi. Lagian, apa gunanya Covid dijadikan akal-akalan pemerintah. Mengurus bangsa dan negera saja sudah puyeng, apalagi mengurus pandemi yang tidak bisa dilihat oleh kasatmata, makin pusing dibuatnya. Jadi, tidak mungkin mereka harus membohongi  rakyat terkait permasalahan ini. Mereka inginkan itu pandemi cepat berakhir biar ekonomi tumbuh dan masyarakat bisa sejahtera.