8 bulan yang lalu, saya terkena penyakit saraf terjepit yang biasa disebut oleh medis sebagai HNP (Nucleus Pulposus Hernia).
Kisahnya hari itu adalah hari Sabtu, setelah berjalan-jalan untuk mengantar istri, ketika saya tiba di rumah saya bermaksud memindahkan bangku di teras rumah. Jadi seperti biasa, saya membungkuk untuk mengangkat bangku di teras.Â
Posisinya mungkin sederhana, hanya membungkuk saja, tetapi mungkin karena posisi saya tidak sempurna ditambah saya pikir itu terlalu sepele karena pekerjaan itu sebenarnya hanya pekerjaan biasa. Dan seketika "cetit" terasa seperti saraf tertarik dari sisi pinggang sebelah kiri ke betis. Rasa sakitnya, ... luar biasa.Â
Saya pernah mengalami terkilir, salah urat, tapi tidak seperti yang pernah saya alami, kali ini saya bisa merasakan bagaimana proses urat dan saraf di pinggang sampai betis saya terasa tertarik.Â
Dalam hitungan 2 detik saja aku lepaskan peganganku ke bangku yang hendak aku angkat dan hanya bisa diam sejenak merasakan sakit yang terasa menjalar
Dari malam hingga keesokan paginya aku tidak bisa tidur karena tubuh ini memang tidak bisa dibaringkan baik terlentang atau tertelungkup.Â
Satu-satunya posisi tidur yang bisa kulakukan hanya menyamping dan itupun sakitnya tidak bisa kuhilangkan. Keesokan harinya, aku coba urut pinggangku ke tukang urut langgananku sambil kujelaskan perihal kejadian semalam. Singkat kata, selesailah proses pengurutannya.
Apakah hilang rasa sakitnya? Yup, 1 - 2 jam usai diurut aku merasa tubuhku sudah normal, namun lewat 2 jam ternyata keadaan malah membuatku semakin parah.Â
Badanku tidak bisa tegak berdiri, berjalanpun hanya kuat beberapa langkah saja, berdiripun juga hanya kuat dalam hitungan 10 detik saja. Lebih parahnya, posisi tidur terlentang dan tertelungkup nyaris tidak mungkin aku lakukan.Â
Miringpun aku lakukan dengan susah payah. Alhasil aku hanya bisa memposisikan tubung dengan duduk bersandar saja. Dari sinilah penderitaanku dimulai.Â
Aku hanya bisa melewati hari dengan duduk, untuk berjalan yang jaraknya cuma 3 - 4 meter saja aku harus bersusah payah sekali. Tak bisa aku ungkapkan dengan kata bagaimana rasa sakitnya.Â