- Rasa Sepi, Terhina dan Tersisih Di Tengah Keramaian...
Â
Hendi berdiri mematung di bawah pohon akasia payung yang rindang di halaman sekolah. Matanya melotot marah memperhatikan teman-teman sekolahnya yang mencibir, sembari berteriak dan berlarian mengitari dirinya.
"Bla...bla...bla...Hendi gagap, Hendi gagap, Hendi gagap..." teriak mereka bersahutan. Mereka selalu menjadikan Hendi sebagai bahan olok-olokan saban hari, terutama Hartono.
Ketidakmampuan Hendi untuk berbicara secara normal seperti layaknya Hartono dan kawan-kawannya atau alias gagap, hingga jadi sasaran empuk ejekan mereka. Setiap istirahat sekolah merupakan saat yang sangat menyakitkan dan menyesakkan dada Hendi. Berbeda dengan teman-temannya yang lain menyambut waktu istirahat dengan sukacita, berlarian sambil bermain dan ada yang memanfaatkan waktu dengan bercanda, jajan serta mengobrol ala anak-anak yang mengasyikan.
Sementara, di SDN 120 Medan yang terletak di perempatan jalan Gunung Krakatau dengan Jalan Bilal Medan itu terlihat Hartono, anak seorang bintara TNI itu punya pengaruh yang dominan di tengah-tengah teman sekelasnya. Dia selalu mengomando teman-temannya untuk memperolok-olok Hendi. Seperti saat itu, murid-murid kelas 5 SDN 120 Medan bergerombol berlarian mengitari Hendi, sambil  mengejek.
Hendi gondok bukan main, terlihat wajahnya berkerut-kedut dan matanya mencorong tak lekang dari wajah Hartono yang jadi motor penggerak teman-temannya sekelas menghina dirinya. Saking marahnya, leher Hendi terasa tersekat tak mampu bicara sama sekali. Ada keinginan dalam hati Hendi untuk menghajar Hartono, agar mereka semua menghentikan olok-olokannya. Walau kondisi fisiknya tak memungkinkan Hendi untuk meradang karena badannya sedikit lebih kecil dari Hartono, namun amarahnya sudah menguasai isi alam pikirnya. Makanya, secara perlahan-lahan Hendi mendekati Hartono.
Hartono dapat membaca maksud Hendi mendekati dirinya. Wow! Ternyata, Badan Hartono yang lebih besar tidak membuat nyalinya lebih besar. Dirinya gentar juga lihat kenekatan Hendi. Terutama tuh...mata Hendi yang mencorong seperti terbakar api amarah. Makanya, Hartono langsung mencari dukungan. Dia pun menoleh memberi isyarat dengan ekor matanya pada temannya, Gito, Sonson dan Kendo. Ketiga temannya itu cepat tanggap melihat keinginan Hartono untuk layani kemarahan Hendi. Mereka segera menghampiri Hartono. Mereka berdiri sejajar di  sisi kanan-kiri Hartono dan siap untuk menghadang Hendi.  Mereka siap mengeroyok Hendi.
Wah! Hendi menghentikan langkahnya. Dia berpikir, tidak mungkin ia menghadapi Hartono dan kawan-kawannya sekaligus. Itu tindakan konyol, Â bisik hatinya. Akhirnya ia terpaksa memutuskan untuk mengalah dan masuk ke dalam kelas saja. Namun, seketika langkahnya terhenti takkala dengan sigap Hartono dan kawan-kawannya menghadang gerak langkahnya. Hartono cs tak membiarkan pemuas ego yang mengasyikan mereka berlalu...
"Hweee...gagap mau ke mana kau...!" hardik Hartono, sambil mengejek. Kedua tangan Hartono menggerak-gerakkan kedua daun telinganya dan menjulurkan lidahnya, mengejek. Begitu juga dengan Gito, Sonson dan Kendo melakukan hal yang sama.
"Ayo ngomong kau... Jangan melotot aja kau bisanya...!"sambung Kendo.