Di tengah dinamika perkembangan dunia pendidikan dan teknologi, karya tulis baik dalam bentuk esai, artikel ilmiah, maupun opini---semakin terabaikan oleh mahasiswa. Di kampus-kampus, karya tulis yang dulunya menjadi bentuk kontribusi intelektual yang paling penting kini kalah bersaing dengan cara-cara ekspresi yang lebih visual dan instan. padahal sejatinya sebagai kaum intelektual yang kerap dianggap sebagai agen perubahan, diharapkan memiliki peran penting dalam memberikan kontribusi bagi masyarakat. Ini menimbulkan pertanyaan mendasar: mengapa minat mahasiswa terhadap karya tulis semakin menurun? Bagaimana kita bisa merefleksikan fenomena ini dan mencari solusi untuk mengembalikan tradisi menulis yang kritis dan mendalam?
1. Salah Memilih Organisasi
    Organisasi merupakan jalan utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan, selain daripada ilmu yang didapatkan dari intra kampus itu sendiri. baik dalam segi komunikasi, kepemimpinan, berargumen, sampai pada jangkauan sosial. sejauh ini banyak kalangan mahasiswa yang asal masuk organisasi tanpa melakukan aktivitas yang memadai  didalamnya. misalnya  melalui Penulisan karya Ilmiah, sebagai bentuk perkembangan berproses dalam organisasi itu sendiri, yang bila mana kita di haruskan untuk melihat isu-isu yang sedang terjadi di lingkungan sosial dan mengekspresikan semuanya lewat tulisan.
2. Budaya Instan dan Dominasi Konten  Cepat
    Perubahan drastis dalam cara kita mengonsumsi informasi telah menjadi salah satu penyebab utama mengapa karya tulis semakin terabaikan. Mahasiswa masa kini hidup dalam lingkungan yang didominasi oleh teknologi digital dan media sosial. Mereka lebih terbiasa mendapatkan informasi secara cepat dan instan, seperti dari postingan singkat di Google, Instagram, video di TikTok, atau di Twitter. Platform-platform ini mendorong penyebaran informasi secara singkat dan langsung, sehingga tidak banyak memerlukan proses analisis dan refleksi yang mendalam.
Berbeda dengan menulis sebuah karya yang membutuhkan proses berpikir kritis dan terstruktur, sembari melihat persoalan atau isu-isu sosial yang ada.
3. Kurangnya Dukungan dan Penghargaan
   Kurangnya dukungan institusi dalam mendorong budaya menulis juga turut berperan. Di banyak kampus, kesempatan bagi mahasiswa untuk menulis dan mempublikasikan karya mereka semakin terbatas. Padahal, publikasi karya tulis mahasiswa seperti di jurnal kampus, majalah ilmiah, atau situs web universitas dapat menjadi motivasi besar bagi mahasiswa untuk aktif menulis. Sayangnya, platform-platform seperti itu semakin jarang tersedia, atau hanya diperuntukkan bagi mahasiswa yang terlibat dalam penelitian akademik tingkat lanjut.
Selain itu, minimnya apresiasi terhadap tulisan mahasiswa juga mempengaruhi motivasi mereka. Tanpa adanya penghargaan atau pengakuan yang jelas terhadap karya tulis, mahasiswa merasa usahanya tidak dihargai. Hanya sedikit kampus yang memberikan penghargaan atau publikasi khusus untuk artikel, opini, atau karya tulis ilmiah dari mahasiswa. Padahal, apresiasi dan pengakuan adalah faktor penting yang dapat meningkatkan semangat berkarya.
4. Tantangan di Era Digital