Oleh: Hendrazes
Urgensi dalam memahami Demokrasi yang perlu kita pahami lebih jauh agar nantinya tidak menjadi suatu problem kedepannya. Jadi pada kesempatan kali ini Kita akan berbicara sedikit tentang Demokrasi, karena memang sedang marak-maraknya dibahas Oleh Publik, baik di Dunia digital maupun secara langsung di kalangan Masyarakat. Olehnya itu membuat Saya semakin tertarik untuk mencoba membahasnya. Kalau Kita berbicara soal Demokrasi, tentunya sudah tidak Asing lagi kita dengar, akan tetapi Kita akan kunyah kembali agar patahan dari kebodohan Kita tidak menjelmah dan merajalela.
Pada Tahun 507 SM, Pemimpin Athena Cleisthenes memperkenalkan sistem reformasi politik yang disebutnya Demokratia, atau "Pemerintahan oleh Rakyat" (dari Demos, "rakyat," dan Kratos, atau "Kekuasaan"). itu adalah demokrasi pertama yang diketahui di dunia. Pemerintahan demokratis lazimnya ditandingkan dengan pemerintahan oligarkis (pemerintahan yang dikendalikan segelintir warga negara), dan Pemerintahan monarkis (pemerintahan yang dikendalikan seorang penguasa tunggal).
Pada umumnya demokrasi dihubung-hubungkan dengan ikhtiar-ikhtiar Bangsa Yunani Kuno, yang dipandang sebagai pendiri peradaban Dunia Barat, oleh para cendekiawan abad ke-18 yang mencoba memberdayakan eksperimen-eksperimen demokrasi perdana tersebut menjadi suatu pola dasar baru bagi organisasi politik pascamonarki.
Taraf keberhasilan para cendekiawan pembangkit demokrasi abad ke-18 ini dalam mengubah cita-cita demokrasi Bangsa Yunani dan Romawi kuno menjadi pranata politik yang paling banyak diterapkan di dunia selama 300 tahun selanjutnya memang sukar untuk dinafikan, meskipun alasan-alasan moral yang kerap mereka gunakan untuk membenarkan upaya tersebut mungkin saja masih dapat diperdebatkan.
Meskipun demikian, titik peralihan kritis dalam sejarah, yang dikatalisasi oleh kebangkitan kembali cita-cita dan pranata-pranata demokratis, secara hakiki mentransformasi abad-abad selanjutnya dan telah mendominasi bentang dunia internasional semenjak runtuhnya kekaisaran-kekaisaran yang tersisa seusai Perang Dunia kedua.
Sumber : https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sejarah_demokrasi
Kita berangkat dari Refleksi Kepemimpinan Pericles di Athena, Socrates, Plato, dan Aristoteles sangat mengaguminya di zaman itu. Karenanya Rakyat punya kuasa menentukan nasib negara. Namun, saat Pericles meninggal dan Athena kalah dalam perang Peloponnesia melawan Sparta, semua terkejut, bahwa ternyata sistem demokrasi tersebut yang membawa kehancuran bagi Athena.
Apa pasalnya.....?
Semuanya kini sadar, bahwa yang Pericles sebut sebagai kekuasaan oleh rakyat (demokrasi), dalam praksisnya berdiri kokoh justru karena kharisma kepemimpinan Pericles.