Sukarno itu adalah dua ulama asal Padang Japang: Syekh Abbas Abdullah dan Syekh Mustafa Abdullah.
Nyaris terlupa. BersamaNah, masih ingat, kan? Yang di sebelah kanan Sukarno wafat pada 17 Juni 1957. Ketika revolusi mempertahankan kemerdekaan, ia menjadi imam jihad Majelis Islam Tinggi (MIT).Â
Bukan main! Kalah tinggi dengan Sukarno, namun beliau lebih gagah berfatwa jihad. Beliau tak ahli pidato, namun satu kata dengan perbuatan. Perguruannya sempat sebagai markas Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).Â
Dengan keluarga Abbas Abdullah, keluarga Rahmah El-Yunusiyyah bisa dibilang teramat dekat. Rafi'ah lebih mengizinkan agar Zainuddin Labay berguru kepada ulama kelahiran 1883 itu. Mau tahu nama istri pertama Abbas Abdullah?Â
Perempuan yang menjadi istrinya memiliki nama : Kalimah Syahadah. Rahmah berkarib dengan anak pertama mereka, Safiah Abbas.Â
Rahmah ikut menopang Safiah Abbas mengembangkan lembaga pendidikan Nahdlatul Nisaiyah. Era 1930-an, murid-murid didikan putri Kalimah Syahadah ini menjangkau Sumatera Barat.Â
Dari sikap politik, Rahmah segaris dengan Abbas Abdullah. Abbas Abdullah tak sepakat Sumatera Thawalib terwarnai politik praktis dan politik aliran. Ia pun menolak Sumatera Thawalib di Padang Japang yang dikelolanya dalam naungan Persatuan Muslim Indonesia (Permi). Abbas Abdullah lantas mengubah Sumatera Thawalib menjadi Darul Funun al-Abbasiyyah.Â
Sebagaimana lembaga pendidikan yang didirikan Rahmah, Darul Funun al-Abbasiyyah sempat pula digerebek Politieke Inlichtingen Dients (PID).Â
Konon, Abbas Abdullah yang pernah belajar di Mekah dan Mesir itu sangatlah pendiam. Kitalah yang harus berbicara tentangnya. Wallahu a'lam.(Hendra Sugiantoro).Â
Sumber:Â
*Departemen Penerangan dalam Republik Indonesia Provinsi Sumatera Tengah (1954).Â