Doctor Honoris Causa bukanlah makanan, apalagi sebuah kitab. Awal Juni 1926, Haji Rasul setiba di Medan belumlah mengerti. Berkeliling dan bersua banyak pihak di daerah Sumatera Timur, hatinya mendadak berbunga-bunga. Ternyata betapa tinggi gelar kehormatan dari Universitas al-Azhar itu. Senyumnya merekah.
Namun, pulang ke Padang Panjang,--meminjam kalimat Buya Hamka--kegembiraan hatinya redup di dalam runtuhan batu-batu. Gempa 28 Juni 1926 melantakkan rumahnya di Gatangan dan Surau Jembatan Besi.
Rahmah El-Yunusiyyah pun dilanda pilu. Bangunan sekolahnya hanya tinggal puing-puing. "Tak ada harta dunia yang kekal," Haji Rasul menguatkan diri.
Rahmah El-Yunusiyyah tak ingin runtuh bersama gempa. Haji Rasul tentu tak pernah mengira, muridnya akan memperoleh gelar serupa.
Juni 1957, Rahmah El-Yunusiyyah sebagai perempuan pertama di dunia yang mendapatkan gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar.
Wahai, masa yang panjang, 31 tahun! Indonesia mencatatkan kembali anak bangsanya dengan gelar kehormatan dari universitas tertua itu. Perempuan lagi. Tanpa hingar-bingar, dan Indonesia terlupa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H