Tahun ini dunia perpolitikan di Indonesia mencatat satu nama yang paling menyita perhatian. Dia adalah Setya Novanto (Setnov). Mantan Ketua DPR RI yang sekarang ini menjabat sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Sebagai politisi Setnov dikenal sangat cerdik, memiliki jaringan yang luas di negeri ini dan yang terpenting sikapnya yang kalem dan sangat tenang. Sikapnya tersebut terbukti sangat bermanfaat ketika Setnov diterpa banyak kontroversi. Beberapa kontroversi tersebut antara lain:
- Kasus papa minta saham. Kasus yang dihembuskan oleh mantan Menteri ESDM Sudirman Said ini sangat fenomenal. Kasus ini sempat membuat Presiden Joko Widodo sangat marah karena nama presiden diduga dicatut oleh Setnov untuk meminta saham kepada Freeport.
- Ikut Kampanye Donald Trump. Bersama dengan beberapa anggota DPR, Setnov mengikuti kampanye Capres AS Donald Trump. Setnov bahkan disebut Trump dalam kampanye tersebut sebagai “salah satu orang paling berkuasa dan hebat di Indonesia. Kelak terbukti ucapan Trump benar adanya.
- Sering Mengunjungi KPK. Setnov juga sering mondar mandir dipanggil KPK sebagai saksi. Ia disebut sebut terkait dengan kasus suap PON Riau, suap Akil Mochtar dan korupsi e-KTP.
Pada akhirnya tidak ada satupun kontroversi tersebut di atas yang mampu meruntuhkan Setnov. Kalau dibanyak negara ketika seorang politisi disangka terlibat satu kasus, maka bisa dipastikan karier politik politisi tersebut bakal habis. Namun berbeda dengan Setnov. Alih-alih tersingkir dari dunia politik, kecerdikannya membuat Setnov makin berkibar. Mundur dari ketua DPR RI, ia malah mampu mengambil alih nakhoda salah satu partai besar di Indonesia. Setnov benar-benar mengerti psikologi rakyat Indonesia yang mudah melupakan dan mudah pula memaafkan.
Setnov juga paham “cara main” media di Indonesia yang makin kejar tayang dan kurang fokus pada satu topik. Begitu terpilih sebagai Ketum Golkar, Setnov langsung membawa dirinya dan Golkar bergabung dengan pemerintah dan mampu membuat presiden lupa akan kemarahannya beberapa bulan yang lalu. Entah ada hubungannya atau tidak, “musuh besarnya” Sudirman Said pun tersingkir dari kabinet. Tak cukup sampai disitu, Setnov juga langsung menyatakan dukungannya kepada Gubernur DKI Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) dalam Pilkada DKI 2017.
Setnov paham Ahok sampai saat ini masih menjadi “media dan netizen darling”, sehingga dengan bergabung bersama Ahok, diharapkan pemberitaan akan dirinya akan menjadi lebih lembut. Tidak mungkin rasanya media dan netizen terutama yang pro Ahok (dan juga pemerintah) akan membuli kawan sendiri. Dan faktanya sekarang hampir tidak ada lagi berita berita atau tagar tagar yang mencaci Setnov, semuanya mungkin sudah “terbungkam”. Beda sekali dengan “rekan seperjuangan” Setnov dulu seperti Fahri Hamzah dan Fadli Zon yang sampai saat ini masih saja menjadi sasaran kritikan media dan netizen karena memang Fahri dan Fadli tidak sepintar dan setenang Setnov.
Pada akhirnya Setnov pantas menjadi sosok inspiratif tahun ini. Dia menjadi contoh bagaimana seorang manusia bisa bertahan menghadapi setumpuk masalah. Dia menjadi contoh bagaimana bersikap ketika banyak pihak yang mencoba menjatuhkannya. Bahkan seorang Mario Teguh pun tidak akan sanggup memberikan contoh “bertahan hidup” sebaik yang Setnov berikan. Setnov menjadi seseorang “from zero to hero” atau mirip lirik lagu jaman dahulu
“Debu jadi permata”
“Hina jadi mulia”
Akhir kata pesan moral yang Setnov berikan adalah “Ketika anda mendapat masalah besar, anda harus tahu siapa yang harus didekati dan siapa yang harus dijauhi”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H