Mohon tunggu...
Hendra Cahyadi
Hendra Cahyadi Mohon Tunggu... PNS -

Manusia yang ingin terus berkembang\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Susilo Bambang Yudhoyono, Politisi Terbaik di Indonesia Saat Ini

8 Oktober 2014   17:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:53 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhirini nama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi buah bibir dimana-mana terutama di media online dan media sosial. Bukan masalah jabatan beliau mau berakhir 20 Oktober ini, namun bagaimana manuver yang dilakukan SBY menjelang berakhirnya masa jabatan beliau. Ada beberapa kejadian terkait beliau yang menjadi headline

1.Pertemuan dengan Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) di Bali yang berakhir dengan “penolakan” SBY untuk menaikan BBM di era kepemimpinannya.

2.Dukungan SBY atas Pilkada langsung melalui Youtube

3.Pembahasan RUU Pilkada menjadi UU Pilkada yang diwarnai aksi WO dari Fraksi Demokrat

4.“Kekecewaan” SBY atas pengesahan UU Pilkada

5.Penerbitan Perppu

6.“Kicauan” beliau tentang gagalnya pertemuan dengan Megawati

7.Keberhasilan Partai Demokrat (PD) mendudukkan orangnya di kursi Wakil Ketua DPR

8.Keberhasilan Partai Demokrat (PD) mendudukkan orangnya di kursi Wakil Ketua MPR

9.Dll

Reaksi media massa terutama masalah UU Pilkada ternyata luar biasa. Ujung-ujungnya hujatan demi hujatan didapat oleh SBY. Menurut saya itu normal dan bukan kali ini saja SBY mendapat cacian, bahkan dulu pernah lebih heboh lagi yang sampai memunculkan istilah “Si Buya”. Namun bagi “kawan” apa yang terjadi di pembahasan UU Pilkada itu adalah sebuah permainan cantik oleh SBY. Apapun itu akhirnya SBY mengeluarkan Perppu untuk meredakan kemarahan “rakyat”. Upayanya lumayan berhasil, sekarang situasi agak mereda.

Namun ternyata akrobat SBY dan PD belum berhenti sampai disitu. PD yang menyatakan sebagai “penyeimbang” dan “sedikit” menjaga jarak dengan Koalisi Merah Putih (KMP) ternyata mendapat durian runtuh yaitu kursi wakil ketua DPR. Entah bagaimana lobi-lobinya, PPP yang sebagai pentolan KMP justru tidak mendapatkan jatah di pimpinan MPR sehingga kabur ke koalisi sebelah. Sekarang kursi wakil ketua MPR pun berhasil diraih. Entah jurus apalagi yang dilakukan SBY dan PD sehingga KMP bisa “disetir” sedemikian rupa.

Terakhir, kicauan SBY yang menyebutkan kegagalan pertemuannya dengan Megawati membuat publik jadi bertanya tanya apa yang sebenarnya terjadi diantara Mega dan SBY. Ditambah fakta bahwa Megawati tidak pernah mau datang pada upacara 17 Agustus di Istana dan sikap Megawati yang sering bungkam, berhasil membuat persepsi publik bahwa sifat Megawati yang angkuh lah yang membuat pertemuan antara Megawati dan SBY tak pernah terwujud. Jangan lupa kursi ketua MPR tahun 2009 buat PDIP juga didapat atas "usulan" PD yang menggambarkan bahwa SBY dan PD lah yang berusaha melakukan pendekatan ke PDIP.

Tujuan utama SBY mungkin adalah memperbaikicitra PD yang hancur lebur dan mempertahankan citra dirinya sendiri sebagai orang yang sopan, kalem, bijaksana dll. Kelihatannya ini cukup berhasil. Lihat saja hujatan terhadap SBY pribadi berkurang, disisi lain timbul pujian atas tindakannya mengeluarkan Perppu. Disisi lain keberhasilan PD mendapatkan kursi pimpinan di DPR dan MPR tidak serta merta membuat PD menjadi musuh utama “rakyat” yang tidak menyukai KMP. Cacian dan hujatan dari pembenci KMP lebih banyak diterima oleh Gerindra, PAN, PKS, Golkar, Akbar Tanjung, Prabowo, ARB, Amien Rais, Fadli Zon, Fahri Hamzah. Istilahnya kursi kita yang dapat, teman yang lebih sering dihujat.

Sepak terjang SBY tentu saja menimbulkan kegeraman luar biasa dari mereka yang sudah kadung tidak suka dengan SBY dan PD. Bahkan disini SBY dianugerahi gelar Presiden terlicik RI mengalahkan penguasa orde baru, pembohong, perusak demokrasi dll. Wajar, itulah demokrasi ada yang benci ada yang suka. Bagi SBY, mereka ini sudah tidak mungkin lagi untuk menjadi sasaran pencitraan. Yang penting bagi SBY adalah rakyat di seluruh pelosok tanah air yang masih bisa menjadi sasaran kampanye dan pencitraan SBY dan PD. SBY sepertinya sudah mengenal watak dari mayoritas rakyat Indonesia yang mudah simpati dengan penampilan yang anggun, kalem, sopan dll. Jadi tentunya SBY sudah menyiapkan strategi pencitraan untuk membangkitkan kembali PD di tahun 2019. Itulah demokrasi, yang penting adalah jumlah kepala bukan apa isi kepala.

Selain itu SBY sudah mengenal bagaimana watak dari “kawan-kawan” di KMP seperti Prabowo, Ical, Amien, Akbar, dll sehingga sudah menyiapkan strategi untuk memanfaatkannya. SBY juga mungkin sudah mengenal sifat dari “lawan politiknya” sekarang seperti PDIP yang tergantung pada Megawati, tahu sifat Megawati yang pendiam, mencermati Jokowi yang polos, mempelajari JK yang gesit, bagaimana Surya Paloh dengan Nasdemnya, juga bagaimana menangani Muhaimin dengan PKBnya dan tentunya sudah memegang kunci Wiranto sang bos Hanura, sehingga SBY bisa menangani mereka dengan tepat.

“Pelajari lawanmu, ketahui temanmu dan kenali lagamu, maka kau akan memenangkan peperangan”. Itu mungkin prinsip SBY. Jadi jangan hanya bisa maki maki SBY, ayo cari strategi untuk bisa “mengalahkan” SBY yang sangat “memuja” penampilan dan sangat menjaga citra diri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun