Untunglah di pertandingan pertama, Inggris "hanya" bertemu Iran, setidaknya jadwal ini bisa dipakai oleh Southgate untuk memperkuat lagi formasi dan taktiknya, sebab di atas kertas Inggris tentu lebih unggul dari anak-anak asuhan Carloz Queiroz. Apalagi Southgate tidak mau main-main lagi, dia menyadari benar di setiap pundak pemain Inggris, dan juga di pundaknya ada beban yang dititipkan satu bangsa. Beban untuk mengembalikan kejayaan di dunia sepak bola.
"Anda harus menerima bahwa akan ada harapan dan keinginan dari semua orang untuk melakukannya [bermain di Piala Dunia] dengan baik; dan saya [di luar kapasitas sebagai pelatih] adalah penggemar timnas Inggris [yang juga memiliki harapan sama]." Ujar Southgate.
Sejauh ini, harapan Inggris masih terpenuhi dengan baik. Kemenangan 6-2 atas Iran semalam—brace Bukayo Saka, lalu masing-masing satu gol dari Jude Bellingham, Marcus Rashford, Jack Grealish, serta Raheem Sterling, dan hanya bisa dibalas lewat dua gol Mehdi Taremi—setidaknya membuktikan Inggris masih layak diperhitungkan sebagai tim favorit.
Untuk Iran, sepertinya sudah harus realistis. Mereka memang sudah cukup sering masuk Piala Dunia, namun di turnamen 1998, 2006, 2014, dan 2018 mereka selalu mentok sampai babak grup.
Itulah yang menyebabkan Mehdi Taremi, sejak awal menyatakan betul niatnya untuk membawa Iran lolos dari grup B. "Lolos ke babak gugur untuk pertama kalinya akan sangat berarti bagi penggemar kami dan membuat kami sangat bangga." Ujar Taremi, pemain depan Iran yang juga bermain di FC Porto.
Sebuah mimpi yang sebenarnya cukup realistis mengingat prestasi Iran sebenarnya tidak jelek-jelek amat. Mereka datang ke Qatar dengan predikat juara grup A di babak kualifikasi. Mereka bahkan bisa menggusur Korea Selatan ke posisi runner up. Hanya merasakan sekali kalah, mencetak 15 gol dan hanya kebobolan empat kali. Dalam artian tertentu, Iran sama perkasanya dengan Inggris di level kualifikasi. Namun tetap saja, ketika dua tim bertemu, perbedaan kekuatannya sangat terasa.
Taremi juga menyadari bahwa beban di pundaknya sedemikian berat. Ada mimpi penduduk Iran yang mereka bawa-bawa. Menurut Taremi, Â masyarakat Iran terobsesi dengan sepak bola, yang tercermin dalam dukungan mereka untuk tim nasional. Mereka menyukai sebagian besar olahraga, tetapi sepak bola memiliki tempat khusus di hati mereka.
"Sepak bola adalah bagian besar dari kehidupan banyak orang Iran dan membangkitkan begitu banyak emosi. Sepak bola membuat hari mereka menjadi ceria ketika kami menang dan, di sisi lain, menjadi rusak kalau kami kalah." Ujarnya.
Tampaknya dengan kekalahan 2-6 tadi malam, seluruh penduduk Iran kini hari-harinya sedang rusak. Namun mungkin saja Taremi, dkk diampuni karena siapapun tahu mencuri poin dari Inggris bisa dibilang sulit. Setidaknya kini Iran masih punya kesempatan di pertandingan berikutnya saat melawan Wales, semoga saja kali ini mereka bisa tampil lebih baik demi mengejar targetnya lolos dari babak grup. Â
Sementara untuk Inggris, perlu diingat bahwa dengan kemenangan ini, Gareth Southgate telah mencatatkan kemenangan terbanyak (9x) untuk Inggris di turnamen major (Piala Dunia/ Piala Eropa) dibanding semua manajer Inggris, bahkan dia sudah melewati manajer legendaris Sir Alf Ramsey. Semoga saja statistik ini bisa lebih memperkuat kepercayaan fans Inggris padanya. Dukungan moral dari para fans ini penting jika mereka memang benar-benar ingin mengembalikan kejayaan Britannia di masa lalu. []