Mudik lebaran tahun 2012 ini tercatat dengan tingkat kecelakaan tertinggi dan meningkat dari tahun 2011, dengan peningkatan jumlah pemudik sebesar 10,76% dari tahun 2011 (sumber)
Bahkan dalam acara Coffee Break TVOne tanggal 29 Agustus 2012, korban tewas tercatat 908 orang dalam kecelakaan lalu lintas selama mudik 2012, sebagaimana disampaikan Bpk. Djoko Murjanto selaku Dirjen Bina Marga Kementrian PU.
Dalam pengamatan saya pribadi selama mudik dari Bekasi menuju Losari, Cirebon juga menuju Sumedang dan Bandung, persiapan dari pemerintah untuk menyambut arus mudik tahun 2012 tidak lebih baik dari tahun kemarin. Indikator yang sangat terlihat dari kekurangan mudik tahun ini adalah macet terparah disepanjang jalan pantura. Diberitakan bahwa dari tanggal 16 Agustus 2012 saja, macet sudah mengular dari pintu tol Cikarang Utama menuju arah Pintu Tol Cikampek, begitu juga arah tol Cipularang. Sehingga akibatnya beberapa kendaraan yang akan mengarah pintu Tol Cikampek dialihkan untuk keluar dari pintu tol Dawuan. Bahkan kemacetan yang sangat panjang ini masih terjadi hingga tanggal 18 Agustus 2012. Dari pengalaman paman saya yang pulang mudik dari Pasar Kramatjati, Jakarta menuju Cirebon, perjalanan mudik tahun ini ditempuh selama 36 jam!! yang mana macet sudah dimulai dari Tol sekitar Bekasi, pintu tol Cikampek hingga daerah pantura Subang Pamanukan. Selepas daerah Pamanukan Subang-Pantura hingga Pantura Cirebon perjalanan lancar.
Memantau kondisi jalan macet parah seperti itu, akhirnya saya memutuskan mudik terlebih dahulu ke Sumedang, Jawa Barat. Pada tanggal 18 Agustus 2012 sekitar jam 3 sore, saya sekeluarga menggunakan jalur alternative menuju Sumedang menggunakan jalan Cibarusah, menuju Jonggol, menyusuri jalan Cikalong Wetan hingga bersambung ke jalan Cianjur-Bandung. Perjalanan sangat lancar dengan kondisi jalan yang cukup baik. Memang tidak sepenuhnya jalanan tersebut di aspal. Beberapa bagian jalan ada yang di cor semen. Namun sama sekali tidak menjadi hambatan. Ada juga beberapa pemudik yang menggunakan kendaraan roda dua.
Sesampainya di jalan Cianjur-Bandung, saya menuju Cimahi Bandung dan lanjut masuk ke Pintu Tol Cimahi. Dari pintu tol Cimahi, saya lanjut ke Tol Cileunyi. Kondisi jalan sekitar Cileunyi pun yang satu hari sebelumnya masih dikabarkan menjadi titik macet menuju arah Garut-Tasikmalaya, namun pada hari itu kondisi jalan Cileunyi sudah normal. Perjalanan menuju Sumedang pun lancar aman.
Bahkan pada tanggal 21 Agustus 2012 saat saya sekeluarga melanjutkan mudik ke orang tua di Cirebon, perjalanan dari Sumedang ke Cirebon pun lancar melalui jalur Cimalaka, Sumedang – Kadipaten, Majalengka hingga Palimanan, Cirebon. Lanjut pada tanggal 23 Agustus 2012 saya dan keluarga besar masih sempat jalan-jalan ke Linggarjati, Kuningan dan perjalanan pun masih lancar.
Macet dan penyebabnya, In My Opinion
Kenapa saya katakan bahwa persiapan pemerintah untuk menyambut pemudik tahun 2012 ini tidak lebih baik dari tahun lalu karena banyaknya kecelakaan lalu lintas dan kemacetan di berbagai titik daerah. Kekurangan pemerintah dalam mempersiapkan mudik tahun ini yakni banyaknya putaran jalan di sepanjang jalur utama mudik dan jalan provinsi. Berbeda dengan tahun kemarin yang mana di sepanjang jalan provinsi dan jalur utama mudik, terutama di sepanjang jalan Pantura hingga Losari, Cirebon, semua jalan pertigaan dan jalan untuk putaran balik (U Turn) ditutup dan hanya disediakan putaran jalan di tikungan yang besar yang sudah disediakan oleh Polantas dan DLLAJ. Sehingga tidak ada kendaraan yang menghalangi perjalanan kendaraan dibelakangnya. Di sepanjang jalur pantura Cirebon hingga Cikampek, banyak sekali putaran jalan yang digunakan meskipun terlihat ada pagar bambu atau tiang semen yang sudah dipasangkan pihak DLLAJ, namun kemudian dirusak atau disingkirkan. Atau kondisi kemacetan di pintu Tol Cileunyi bagi kendaraan yang akan menuju Garut-Tasikmalaya atau jalur selatan yang mengular panjang, disebabkan banyaknya kendaraan yang berhenti di pertigaan Cileunyi dan ditambah putaran jalan besar dari arah Rancaekek menuju Bandung.
Selain memang faktor kelelahan fisik para pengguna jalan, faktor terbesar kecelakaan juga disebabkan oleh kelalaian para pengguna jalan itu sendiri. Terutama para pengemudi kendaraan umum yang mengangkut penumpang dalam kota, yang kerap berhenti seenaknya tanpa memperhatikan rambu-rambu lalu lintas dan kondisi keramaian jalan. Angka kecelakaan kendaraan bermotor yang tercatat oleh pemerintah tersebut nampaknya belum termasuk kecelakaan motor yang sering terjatuh karena menabrak atau kaget dengan kendaraan yang mendadak berhenti di sembarang jalan. Atau korban kecelakaan yang tidak sempat dibantu oleh pihak kepolisian, sehingga cukup "berdamai" dan korban dibawa ke rumah sakit terdekat. Hampir setiap tahun selama saya mudik melewati jalur pantura hingga Cirebon atau jalur Bandung-Sumedang, saya melihat kecelakaan lalu lintas yang memakan korban jiwa atau sekedar kejadian motor terjatuh.
Dari segi kondisi jalan yang akan dilalui jalur mudik, saya akui sudah sangat baik dibanding kondisi jalan tahun 2011 lalu. Dari kondisi jalan yang saya lalui, baik jalur alternatif maupun jalur provinsi, memiliki kondisi jalan yang 99% sangat baik dibanding tahun lalu. Tapi menurut saya hanya inilah point plus pemerintah dalam mempersiapkan mudik tahun ini. Bahkan rencana pemerintah menyediakan sarana mudik gratis lewat laut pun, tidak disambut dengan antusias oleh sebagian besar pemudik. Ada yang beropini bahwa pemerintah kurang mensosialisasikan fasilitas mudik GRATIS lewat laut ini. Ada pula yang bilang bahwa para pemudik cukup kesulitan untuk mengakses lokasi kapal laut yang akan mengangkut kendaraan pemudik sehingga para pemudik cenderung langsung pergi saja ke tujuan lewat darat, dari pada harus repot jauh pergi ke dermaga. Dan ada pula yang mengatakan fasilitas mudik dari pemerintah tersebut tidak murni gratis. Namun apapun itu, nampak peminat mudik gratis lewat laut tersebut kurang di gandrungi 14 juta orang pemudik tahun ini.
Perlu segera dicarikan solusi yang lebih baik dan efektif lagi. Misalkan dengan pembatasan putaran jalan dalam rentang sekian puluh kilometer jalan (tidak seperti kondisi jalur mudik saat ini yang banyak sekali putaran jalan dalam beberapa kilometer saja). Atau mungkin dengan cara pemisahan jalur kendaraan umum dan kendaraan pribadi. Pemisahan jalur kendaraan ini dengan cara pengalihan jalur, yang mana kendaraan umum cenderung sering berhenti menurunkan penumpang (dan sering juga berhenti sembarangan) sementara kendaraan pribadi, baik roda dua maupun roda empat, yang hanya berhenti untuk kepentingan tertentu saja, apakah berhenti untuk istirahat atau memang sudah tiba di tujuan. Atau nampaknya alternatif solusi "memperlambat laju kendaraan dengan cara check point" sebagaimana yang disampaikan Wamenhub Bambang Susantono patut di coba. Untuk pengaplikasiannya, kita tunggu bagaimana nanti. Dan untuk setiap bantuan mudik gratis dari pemerintah, baik lewat laut maupun darat, sebaiknya di promosikan 1-2 bulan sebelumnya sehingga para pemudik tertarik untuk menggunakan bantuan dari pemerintah tersebut.
Apapun ide bagi perbaikan kondisi mudik tahun 2013 esok, memang perlu dipikirkan dari sekarang dan segera lakukan percobaan. Ada banyak waktu 11 bulan lagi bagi pemerintah untuk merencanakan tradisi tahunan rakyat Indonesia ini.
Sehingga diharapkan tidak ada lagi korban jiwa dalam mudik tahun depan sehingga tidak ada lagi rakyat atau pemerintah yang disalahkan dan dikorbankan.