Saya berkenalan dengan jargon bisnis pada tahun-tahun pertama terjun dalam dunia corporate di Sydney. Sebagian jargon sifatnya intuitif sehingga mudah dipahami, sebagian lainnya perlu putar otak sedikit dan ditebak lewat konteks. Sedangkan sisanya tidak terlalu berarti dan tidak lebih hanya agar pengguna terdengar formal, terdidik, sophisticated atau untuk membingungkan lawan bicara ketika tidak menguasai topik bahasan.
Jujur saya sendiri dulu juga suka membumbui email dengan jargon bisnis biar kelihatan keren dibaca, hingga suatu hari memo internal perusahaan menghimbau karyawan menggunakan plain English agar komunikasi lebih jelas, tepat sasaran tanpa bertele-tele dan menghindari kesalah pahaman.
Kalau begitu buat apa saya menulis artikel ini?
Saya berprinsip lebih banyak tahu selalu lebih baik meskipun belum tentu akhirnya dipakai dan lagipula masih banyak English native speakers yang menggunakan jargon karena kebiasaan. Selain itu suka atau tidak, sebagian perusahaan masih mengganggap mereka yang luwes berjargon lebih berpengalaman.
Saya harap beberapa jargon pilihan dibawah berguna bagi mereka yang banyak berkomunikasi dengan English native speakers dalam berbisnis.
The elephant in the room
Isu atau masalah sudah jelas depan mata tapi diperlakukan seakan-akan tidak ada karena tidak menyenangkan untuk dibahas atau karena alasan politis.
Contoh:
“You are fully aware that the old production line is the elephant in the room, aren’t you?”
(kamu sebenarnya tahu kan, kalau lini produksi tua itu masalah sesungguhnya?)
Think outside the box