Mohon tunggu...
Hendra
Hendra Mohon Tunggu... Penulis - Clear thinking equals clear writing

Lahir dan besar di Jakarta. Topik tulisan: mengatur keuangan pribadi, kehidupan di Australia dan filosofi hidup sederhana. Saat ini bermukim di Sydney.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

6 Tanda Anda Sedang Menuju Krisis Keuangan

26 Maret 2015   13:28 Diperbarui: 6 September 2017   14:10 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14273695771075962503

[caption id="attachment_405547" align="aligncenter" width="630" caption="Sumber Gambar: Kompas.com / Admin"][/caption]

Kanker payudara, tumor dan stroke sering kali menyerang tanpa ada keluhan kesehatan yang berarti. Namun kita bisa mendeteksi penyakit tersebut dengan check up tubuh secara rutin yang kemudian ditindak lanjutin dengan langkah-langkah pencegahan. Mirip dengan keuangan pribadi. Dapur masih mengepul, tiap pekan masih bisa jalan-jalan ke shopping mall, sanggup gonta ganti handphone tiap tahun sering dianggap keuangan masih baik.

Kita baru sadar fondasi keuangan rapuh ketika kena PHK, kesulitan membayar biaya dadakan seperti rumah sakit atau merasa hopeless karena tidak bisa membantu orang-orang tercinta yang kesulitan keuangan karena duit sendiri juga pas-pasan.

Berikut tanda-tanda yang mungkin muncul ketika keuangan Anda sedang menuju krisis:

1.Anda hidup dari satu gaji ke gaji lainnya

Kalau Anda menghabiskan gaji bulan ini hanya untuk hidup sehari-hari tanpa ada sisa maka Anda tinggal satu langkah lagi menuju kebangkrutan. Menurut survey terhadap 1,025 warga Australia berumur 18 tahun atau lebih yang dirilis National Australia Bank pada tahun 2014, 1 dari 5 warga Australia tidak memiliki atau jarang memiliki sisa uang pada akhir siklus gajian dan yang mencengangkan mayoritas dari mereka (70.4%) merasa baik dalam mengatur keuangan (sumber: news.com.au)

Saya tidak menemukan survei serupa lewat google untuk Indonesia. Tapi mungkin hasilnya kurang lebih sama atau lebih buruk kalau dengar dari beberapa teman-teman di Indonesia. Mereka mengaku sulit menabung tetapi pulang kerja selalu kongkow-kongkow di mall, gonta-ganti HP, mobil dan berpendidikan minimum sarjana S1 yang membawa kita ke poin berikutnya..

2.Anda tahu jauh lebih banyak harga dan merek barang daripada nilai barang

iPhone 7 baru keluar? Tidur depan toko Apple malam sebelumnya,kalau perlu pergi keluar negeri biar jadi orang Indonesia pertama yang punya iPhone terbaru. Anda bangga didaulat sebagai orang paling gaul dan menjadi sumber informasi bagi teman-teman yang ingin tahu produk baru yang dirilis ke pasar atau merek-merek, model pakaian yang sedang trendi.

Ditanya apa nilai tambah barang-barang tersebut dalam hidup Anda? Anda hanya angkat bahu, merasa jengkel karena sudah merusak susasana hati. Anda tidak sadar penanya bingung pada Anda yang baru mengeluh kesulitan menabung tapi semangat membahas gadget terbaru yang Anda ingin beli.

3.Anda lebih suka mendengar ceramah Moneyvator dibanding belajar riil tentang keuangan

Membaca The Intelligent Investor, Globalization and its discontent, Snowball Effect, Your Money or Your Life terasa membosankan. Anda lebih suka membaca kisah-kisah ringan inspiratif dari miskin jadi kaya raya lengkap dengan foto-foto Lamborghini yang bikin good feeling. Moneyvator dimata Anda bagaikan seorang nabi bijak dan Anda lebih rela membayar mahal untuk mendengar ceramah mereka dibanding kursus praktikal mengenai investasi atau keahlian lainnya yang dapat mendongkrak penghasilan secara riil.

4.Anda bangga mengumpulkan point credit card

Anda hapal diluar kepala restoran apa pakai credit card yang mana biar dapat diskon. Anda juga tidak ragu pesan banyak-banyak biar mencapai tagihan minimum demi mendapat diskon biarpun perut sudah kenyang. Sudah dapat diskon, poin nambah, perut kenyang pula. Uang kas hanya untuk membeli cemilan di warung, lagi pula dompet Anda lebih banyak kartu dibanding lembaran rupiah.

5.Anda ribut soal uang dengan orang sekitar

Teman-teman mulai menjauhi Anda karena setiap kali bertemu ujung-ujungnya minta pinjam duit. Mereka juga jengkel karena Anda lebih galak ketika diminta mengembalikan uang pinjaman. Anda juga jadi sering cekcok dengan pasangan yang merasa semakin sulit membuat dapur mengepul dan membayar tagihan-tagihan rumah.

6.Anda cemburu dengan orang yang lebih mapan secara finansial

Melihat teman berpenghasilan sama tapi hidup lebih mapan membuat Anda curiga. Kemampuan mereka mulai mencicil rumah keluarga pada usia muda atau membeli mobil secara kontan membuat Anda curiga, jangan-jangan hasil korupsi atau dapat warisan keluarga. Persetan bagaimana mereka mengatur keuangan karena Anda percaya rejeki sudah digariskan dari atas.

Apakah Anda mengenali tanda-tanda diatas? Mungkin sudah saatnya check up kesehatan keuangan J

Hendra Makgawinata

Sydney, 26/03/15



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun