Seorang teman berpendapat bahwa membandingkan diri dengan teman-teman sangat memotivasi. Yang dibanding biasa berupa simbol kesuksesan seperti uang, nilai raport, latar belakang keluarga pasangan, rumah, mobil, merek baju atau tas. Kalau ada yang dulu cuma tinggal dirumah kecil satu lantai dan sekarang punya rumah besar kita juga jangan mau kalah, jadikan itu cambuk agar kita lebih maju.
Anehnya ini hanya berlaku untuk lingkaran dalam sosial kita dengan latar belakang mirip-mirip. Kita tidak membandingkan diri dan iri hati dengan kekayaan Mark Zuckerberg. Mengapa? Karena Zuckerberg terlalu jauh di Amerika dan ‘asing’ biarpun kita sering hobi main Facebok. Sulit membayangkan hidup kita ada sangkut pautnya dengan Zuckerberg, paling banter jadi tokoh inspiratif saja.
Sedangkan kalau kumpul dengan teman-teman seangkatan, hati rasanya sulit untuk tidak membanding-bandingkan diri dan cari tahu liat siapa yang lebih sukses. Mungkin ini juga alasan sebagian orang malas datang reuni. Bukannya saling melepas rindu bertukar kabar malah jadi ajang saling pamer.
Tentu saja terserah orang bagaimana memotivasi diri sendiri demi kemajuan. Pertanyaannya, kita mengikuti karena memang benar-benar mau atau biar tidak kehilangan muka?
Contoh kecil, dari pengamatan pribadi salah satu alasan berikut jadi motivasi dominan orang membeli rumah lebih besari: 1) karena bertambahnya anggota keluarga sehingga membutuhkan ruang ekstra 2) biar dianggap orang mampu biarpun sebenarnya tidak butuh. Alasan pertama tumbuh secara organik dan dari dalam. Sedangkan alasan kedua sifatnya dangkal berasal dari luar, sangat rentan tunduk pada tekanan sosial meskipun belum tentu cocok dengan keadaan dan kemampuan yang bersangkutan.
Motivasi sehat datang dari diri sendiri, berorientasi jangka panjang dan bertumpu pada prinsip hidup pribadi. Tekanan luar tidak akan mengusik ketenangan hati apalagi menganggu citra diri. Mereka bisa sungguh-sungguh ikut bahagia dengan pencapaian orang lain tanpa merasa ‘tersaingi’ karena sadar pilihan hidup dan prioritas setiap orang berbeda.
Kita menyebut penulis yang menjiplak karya tulis orang lain sebagai plagiat. Kita juga menyebut mereka yang ikut tren fashion mentah-mentah biarpun tidak cocok sebagai korban mode. Mengapa kita tidak melihat yang sama dalam mengukur kemajuan hidup?
Kemajuan hidup satu individu dengan lainnya berbeda. Banyangkan betapa membosankannya dunia kalau semua orang ingin barang yang sama, memimpikan jalan hidup yang sama dan definisi sukses yang sama.
“We buy things we don't need with money we don't have to impress people we don't like.” - Dave Ramsey