Mohon tunggu...
Hendra
Hendra Mohon Tunggu... Penulis - Clear thinking equals clear writing

Lahir dan besar di Jakarta. Topik tulisan: mengatur keuangan pribadi, kehidupan di Australia dan filosofi hidup sederhana. Saat ini bermukim di Sydney.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tips Mendapatkan Kerja di Australia: Cover Letter, Resume dan Mengajukan Lamaran

28 Juni 2014   03:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:30 6380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini ditujukan bagi mereka yang telah mendapatkan visa yang sah untuk tinggal dan bekerja di Australia (baca: Yang Perlu Dipahami Mengenai Visa Untuk Tinggal dan Bekerja di Australia). Tujuannya agar pembaca dapat mempersiapkan diri lebih matang khususnya yang baru datang dari Indonesia, student yang mencari kerja part-time selagi belajar atau mereka yang kini menetap di Australia dan frustasi dalam mendapatkan kerja sesuai dengan bidangnya.

Dilihat sekilas proses mencari kerja diseluruh dunia terlihat mirip-mirip. Anda butuh menyiapkan cover letter, resume atau CV dan pergi interview.  Karena bahasa inggris adalah de facto bahasa nasional Australia, ini mutlak dikuasai dan dipelajari seumur hidup. Idealnya sefasih orang lokal tapi bila belum kesampaian setidaknya sanggup bercakap-cakap untuk urusan harian tanpa kendala yang berarti.

Untuk pengalaman kerja, saya lihat employer cenderung memprioritaskan mereka yang memiliki pengalaman kerja lokal. Bila anda baru lulus kuliah tanpa pengalaman kerja atau baru datang dari Indonesia, boleh jadi anda perlu ‘membanting harga’ (mulai dari posisi yang lebih junior) pada tahun-tahun awal untuk mendapat local experience.

Saya dulu kerja sebagai relawan (volunteer) di organisasi amal bagian akuntansi lewat situs www.govolunteer.com.au . Jujur bukan murni karena baik hati tapi desperate untuk dapatin local accounting experience setelah lulus kuliah. Untuk biaya hidup sehari-hari saya bekerja part time di supermarket sembari mencari kerja sesuai bidang kuliah.

Cover Letter dan Resume

Saya pernah kos bareng sama orang yang baru datang dari Indonesia. Dia lulusan Information Technology dari salah satu universitas terkemuka di Australia. Setelah mendapatkan visa Permanent Residency (PR) dia langsung pulang bekerja di Surabaya sehingga tidak familiar dengan format lamaran kerja di Australia. Kalau di Indonesia Curicullum Vitae (CV) lebih populer,  di Australia employer rata-rata meminta Cover Letter (surat singkat umumnya sepanjang 1 halaman yang menjelaskan mengapa keahlian dan pengalaman anda pas dengan lowongan) dan Resume (versi singkat dari CV yang menjabarkan jenjang pendidikan, keahlian, riwayat kerja dan prestasi).

Kesan pertama melihat resumenya: HAHAHAHAHAHHAHAHHAA. Foto diri, agama, tanggal lahir dia cantumkan dalam resume. Dia bingung apa lucunya, bukannya itu normal? Saya yang tidak pernah bekerja di Indonesia sama bingungnya. Buat apa employer perlu tahu agama, wajah  dan umur pelamar kerja?

Kalau melamar jadi pendeta, ulama, biksu atau ikut kontes Australia’next top model mungkin masih masuk akal. Lah dia mau lamar kerja programmer. Hukum ketenaga kerjaan Australia menekankan pada persamaan kesempatan (equal opportunity) terlepas dari afiliasi agama, partai politik, orientasi seksual, etnis, negara asal, usia maupun jenis kelamin.

Di header resume cukup cantumkan nama lengkap, email, no HP dan alamat. Bila nama anda terasa sulit dilafalkan oleh native English speaker, ada baiknya memiliki nama inggris. Kenalan saya Krisnawati selalu mencantumkan nama inggris yang kedengerannya paling mendekati nama Indonesia yaitu Christy. Jadi di resume namanya ditulis sebagai ‘Krisnawati (Christy)’.

Teman India saya juga mencantumkan nama Inggrisnya sebagi berikut: ‘Abilash Lakhan (Abe)’. Tidak mencantumkan juga tidak masalah. Ini hanya memudahkan employer untuk memanggil anda. Saya sendiri tidak ada nama inggris karena ‘Hendra’ masih mudah dilafal.

Untuk panduan lengkap dan contoh penulisan cover letter simak langsung disini. Sementara standard template resume dapat didapatkan situs tenaga kerja pemerintah disini.

Setiap orang tentu memiliki pengalaman kerja yang berbeda namun ada beberapa golden rules yang wajib ditaati dalam menulis bagian pengalaman kerja:

1.Hanya cantumkan pengalaman kerja yang relevan dengan pekerjaan yang anda lamar.

Bila anda sekarang seorang lulusan IT dan sedang melamar pekerjaan di bidang IT, employer tidak perlu tahu anda pernah kerja di McDonald waktu masih sekolah. UPDATE:  ini disarankan kalau Anda ada pengalaman praktis yang sesuai bidang meskipun hanya volunteer atau sudah memiliki 1-2 pengalaman kerja solid yang relevan sehingga mencantumkan bahwa Anda pernah kerja di McDonald menjadi mubazir.

Kalau Anda sama sekali tidak ada pengalaman relevan, tidak ada salahnya mencantumkan pengalaman kerja apapun karena employer juga mempertimbangkan faktor lain seperti etos kerja dan karakter.

2.Sebisa mungkin pengalaman kerja Anda dapat direpresentasikan dengan angka

Nasihat ini saya dapat dari career seminar yang  pernah saya ikuti. Pembicara saat itu seorang recruitment agency bilang employer suka melihat kuantifikasi dalam job description. Angka dinilai memberi employer gambaran lingkup tanggung jawab yang lebih akurat dan terukur.

Misalnya, bila anda ada pengalaman kerja sebagai customer service, alih-alih menulis deskripsi pekerjaan “serving customers”, tulislah “serving 20-30 customers daily”. Bila Anda seorang project manager, tulislah berapa persentase efisiensi yang berhasil anda tingkatkan dan dalam rentang waktu berapa lama bukan cuma sekedar pernyataan abstrak “improve operational efficiency”.

3.Menekankan pada trend kenaikan tanggung jawab dan prestasi kerja

Salah seorang manager yang menginterview saya pernah bilang bahwa salah satu indikator calon karyawan yang layak dipekerjakan adalah adanya trend kenaikan tanggung jawab secara konsisten setiap 1-3 tahun. Ini dinilai sebagai bukti bahwa si karyawan suka terus belajar meningkatkan kemampuan diri, tidak terjebak dalam zona kenyamanan melakukan hal yang sama selama bertahun-tahun. Ini situasi win-win karena pada akhirnya maju mundur perusahaan bergantung pada kualitas karyawan yang direkrut.

Dari pengalaman bekerja di Sydney, saya berani bilang kalau mau mudah loncat dari satu pekerjaan ke pekerjaan atau perusahaan lain, pengalaman yang relevan dan prestasi kerja merupakan harga tawar yang sangat tinggi. Mereka tidak terlalu peduli prestasi akademis (kecuali untuk posisi ‘Graduate Program’, sains, akademis dan riset). Dalam banyak kasus employer hampir pasti memilih kandidat yang memiliki pengalaman kerja tinggi tanpa ijazah dibanding mereka yang memiliki sederet ijazah namun minim pengalaman/prestasi kerja.

Di Indonesia saya dengar yang ditekankan pertama-tama gelar pendidikannya dulu. Bisa jadi ini salah satu sumber fenomena ‘gila’ mencantumkan gelar ijazah di media sosial maupun kartu undangan pernikahan. Selama di Sydney saya hampir tidak pernah melihat orang mencantumkan gelar pendidikan seperti MBA atau B.Comm kecuali untuk beberapa profesi yang memerlukan ijin praktek/akreditasi ketat dari lembaga berwenang untuk mengurangi resiko malpraktik pada publik seperti dokter (Dr, Prof, FRANZCOG) atau akuntan pajak (CA/CPA).

Tiga Jalur Mengirimkan Lamaran Kerja

Bila Anda datang bekerja lewat ‘Employer Sponsored’ visa, proses ini akan anda lalui sebelum berangkat. Bagi yang baru mendapatkan visa yang memungkinkan untuk bekerja baik berupa PR (Permanent Resident), TR (Temporary Resident), working holiday visa ataupun student visa with limited working hours, berikut 3 jalur yang dapat anda tempuh dalam melamar kerja:

1.Langsung ke employer

2.Lewat recruitment agency

3.Referral dari teman/kenalan

Dari pengalaman pribadi dan teman-teman yang mencari kerja di Sydney, bisa dibilang jalur ke 3 tingkat keberhasilannya paling tinggi atau setidaknya dapat kesempatan interview dengan syarat terkualifikasi dari segi pendidikan dan pengalaman kerja. Bahkan beberapa perusahaan memberikan insentif berupa ‘spotter fee’  kepada karyawannya yang dibayarkan bila calon karyawan yang diajukan akhirnya diterima kerja.

Jalur ke 1 dan 2 biasa  dilakukan lewat situs pencari kerja seperti  www.seek.com.au dan www.mycareer.com.au/. Bagaimana membedakan iklan lowongan kerja dari recruitment agency atau employer? Lihat kata kuncinya. Kalau ada kata-kata “our client...” bisa dipastikan iklan tersebut dari agency.

Di antara jalur 1 dan 2, mana yang lebih cepat mendapatkan kerja? Saya rasa ini tergantung keberuntungan setiap orang. Lamaran saya tidak pernahmembuahkan hasil lewat agency. Sedangkan ada teman yang selalu dapat kerjaan dari agency. Kalau dia ingin mencari kerja baru, cukup menghubungi agency untuk mencarikan. Agency biasa memiliki network yang luas dengan perusahaan-perusahaan (client) dan terspesialisasi. Ada agent yang mengkhususkan diri di industri IT, keuangan, hospitality dan lain-lain.

Interview dari agency biasa mirip ngobrol-ngobrol, lebih santai dan informal. Topiknya seputar aspirasi karir, sekarang lagi kerja apa, pengalaman kerja, motivasi pindah kerja dan latar belakang pendidikan. Setelah mendapatkan data yang lengkap dari kandidat, baru mereka mencocokan profile karir kita dengan portfolio lowongan kerja mereka dan memperkenalkannya kepada employer untuk interview.

Waktu yang diperlukan dari tahap mencari hingga mendapatkan pekerjaan tergantung dari tipe pekerjaan (casual, part time, full time, white/blue collar job), keahlian, kondisi ekonomi dan faktor keberuntungan. Saya dulu perlu 6 bulan untuk mendapat kerja sesuai bidang kuliah setelah lamaran ditolak ratusan kali dan gagal interview baik lewat telepon maupun tatap muka. Itupun dibayar rendah dibawah rata-rata gaji accounting fresh graduate saat itu, maklum perusahaan kecil.

Dalam mempersiapkan diri untuk interview (khususnya dari employer), berlatihlah depan kaca menjawab pertanyaan-pertanyaan umum dalam interview (lihat disini). Pertanyaannya tentu tidak selalu sama persis namun bagus untuk mempersiapkan mental. Ini penting karena menjawab pertanyaan interview dalam bahasa Indonesia saja kita bisa kelabakan apalagi dalam bahasa inggris.

Akhir kata, all the best in your job hunting!

Hendra Makgawinata

Sydney, 27/06/2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun