Mohon tunggu...
Hendra
Hendra Mohon Tunggu... Penulis - Clear thinking equals clear writing

Lahir dan besar di Jakarta. Topik tulisan: mengatur keuangan pribadi, kehidupan di Australia dan filosofi hidup sederhana. Saat ini bermukim di Sydney.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Pelajaran Hidup dari Georges St Pierre

17 November 2014   03:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:39 4285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1416170379545765642

[caption id="attachment_354650" align="aligncenter" width="300" caption="GSP, sumber gambar: www.thefightershub.com.au"][/caption]

Bila pada era tahun 1970 dunia mengenal Bruce Lee sebagai icon bela diri, pada era millennium nama Georges St Pierre (GSP) tentu tidak asing bagi pecinta MMA. Sebagai petarung, GSP tercatat sebagai sosok terlama yang mendominasi kejuaraan UFC kelas Welter dengan rekor 27 – 25 – 2. Lahir dan besar di Kanada pada tanggal 19 Mei 1981, sejak kecil GSP dekat dengan dunia bela diri. Ayahnya mendorong GSP kecil ikut bela diri Karate. Siapa sangka seseorang yang pada masa kecilnya selalu kena bully pada akhirnya mengukir prestasi sebagai salah satu petarung yang paling disegani di seluruh dunia.

Tulisan ini menyarikan prinsip hidup GSP berdasarkan buku autobiografinya yang berjudul The Way of The Fight. Kata-kata bijak Bruce Lee sering dikutip karena sarat inspirasi. Ketika membaca buku TWTF saya merasa GSP lebih cocok menjadi seorang filsuf daripada petarung. Meskipun ditulis dengan tutur kata sederhana, saya merasa perlu membaca setidaknya dua kali dan menuliskannya kembali disini dengan bahasa sendiri agar pelajarannya benar-benar meresap.

Berikut dua pelajaran hidup dari GSP yang paling berkesan buat saya pribadi.

Rasa Takut adalah Kawan bukan Lawan

“Fear is the genesis of most of the good things that have occurred in my life. Fear is the beginning of every success I’ve lived” - GSP

Reaksi natural setiap manusia ketika menghadapi rasa takut adalah menghindar. GSP sejak kecil mengerti bahwa tidak peduli seberapa mahir karatenya, sebagai anak berumur 9 tahun tidak akan menang melawan 3 anak berumur 12 tahun. GSP bisa menerima dirinya dihina dan sering kali lari dari bully. Namun ketika dipermalukan di depan umum, GSP merasa tidak punya pilihan selain melawan. GSP tidak selalu menang, namun pikirnya dengan melawan balik setidaknya para bully akan menyesal dan berpikir panjang sebelum mengulang perbuatannya di lain waktu.

Beranjak dewasa, GSP sadar masa kecilnya yang penuh dengan bullying telah membantu membentuk karakternya yang tahan banting. Setiap hari dia harus ke sekolah yang sama, melewati jalan yang sama dan bertemu dengan para tukang bully yang sama. Ini berarti GSP menghabiskan sebagian besar masa kecilnya belajar menghadapi rasa takut.

Ada satu cerita keprajuritan yang mengesankan GSP tentang rasa takut. Para prajurit pada umumnya dapat dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok prajurit pertama yang bernafsu ingin pergiberperang tanpa merasa takut  dan kelompok kedua yang merasa ketakutan tapi memutuskan untuk tetap pergi ke medan perang.

Hanya ada dua kemungkinan bagi orang yang mengaku tidak pernah merasa takut: seorang pembual atau  seorang sakit jiwa (seperti kelompok prajurit pertama). Untuk kelompok prajurit kedua, kita mengenal mereka sebagai ksatria pemberani. Cerita tersebut menyadarkan GSP bahwa rasa takut adalah hal yang natural.

Rasa takut pada dasarnya hadir untuk menghindarkan kita dari ancaman. Namun rasa takut juga dapat menyebabkan kita menjadi lumpuh, panik, menghindar, mencari aman saja sehingga melewatkan kesempatan belajar seandainya kita memilih menghadapinya. Kita dapat memanfaatkan rasa takut untuk tumbuh menjadi lebih kuat dan berani dalam hidup seperti yang GSP lakukan.

GSP bukan petarung yang terkuat di arena octagon. Tapi rasa takut membuatnya lebih kuat untuk bekerja lebih keras, mencari celah kelemahan lawan dalam masa persiapannya sebelum bertanding dan menguasai teknik bertarung sebaik-baiknya agar ketika bertarung tinggal mengeksekusi dengan sempurna.

Adaptasi dan Inovasi

“Standing still is never a good option. Not in the ring, and not in life outside the octagon either. When you stop moving, you’re done. When the status quo becomes your main weapon, your arsenal is diminished. When you can find no other way forward except for repetition, your mistakes are compounded into defeat” – GSP

Masyarakat awam melihat inovasi sebatas dalam lingkup bisnis, teknologi dan sains. Begitu juga dengan adaptasi yang lekat dengan ranah biologi dan pergaulan sosial. Ketika kecil GSP sangat tertarik dengan kehidupan dinosaurus. Kenyataan bahwa hewan sebesar dan sekuat dinosaurus dapat musnah dari muka bumi sangat menarik perhatiannya.

GSP juga kagum dengan hewan bernama kecoa. Bertolak belakang dengan dinosaurus, kecoa adalah salah satu hewan purba yang masih eksis hingga hari ini. Kecoa mampu hidup selama 1 minggu tanpa kepala, memakan lem dan kertas untuk bertahan hidup, sanggup hidup dimana saja bahkan di area yang tinggi tingkat radiasinya.

Lewat kedua hewan tersebut GSP belajar bahwa yang terkuat tidak selalu keluar sebagai pemenang dalam pertarungan. Dinosaurus punah karena tidak sanggup beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan cuaca. Pelajaran ini semakin meresap ketika GSP menyaksikan Royce Gracie yang lebih pendek dan ringan mampu mengalahkan lawan-lawannya yang jauh lebih besar dan kuat seperti Gerard Gordeau dan juara sumo Akebono.

Dalam banyak hal, GSP meniru kemampuan hidup kecoa bertahan hidup. GSP selalu berusaha mencari cara inovatif dalam mengalahkan lawannya yang berkemampuan jauh lebih mematikan. Dalam MMA seorang petarung menghadapi lawan yang sering kali ahli dalam mengunci, bergulat, menyerang lewat tendangan dan tinju sekaligus. Bertarung dengan gaya dan teknik yang itu itu saja hanya karena berhasil di masa lalu merupakan kesalahan fatal seorang petarung.

Seorang lawan lama ketika dipertemukan kembali dalam pertandingan tidak jarang sudah merubah gaya bertarungnya. Tidak ada yang statis dalam MMA, semuanya selalu berubah, beradaptasi tergantung siapa lawan yang akan dihadapi.

Selama karirnya, tantangan terbesar GSP untuk berinovasi datang ketika ketika kalah mempertahankan gelar juaranya dari Matt Serra dan ketika lututnya cedera berat dan memerlukan operasi. Ketika kalah GSP tidak bertanya ‘bagaimana agar saya menjadi lebih kuat?’, tapi dia bertanya ‘bagaimana saya dapat melakukan lebih baik’. Memiliki genetik yang kuat secara fisik dapat menjadi kutukan karena membuat petarung tergoda untuk mengabaikan faktor strategi, penguasaan teknik  dan berharap kekuatan otot semata akan memenangi pertarungan.

Ketika menyiapkan pertarungan selanjutnya setelah selesai rehabilitasi lutut, GSP bersama timnya merancang latihan inovatif agar dapat kembali ke ring tanpa meningkatkan resiko cidera lututnya kambuh. Tidak seperti petarung MMA kebanyakan yang membatasi sumber belajar sebatas ilmu bela diri, GSP tidak segan belajar mengolah kekuatan otot dari atlet gymnastic dan mengamati bagaimana atlet profesional dari cabang olah raga lain seperti golf bereaksi ketika berada dalam tekanan di lapangan.

Prinsip untuk terus berinovasi menjadikan GSP sebagai petarung legendaris jaman modern dengan julukan ‘intelligent fighter’. Teman dekat dan teman berlatih Jiu-Jitsu GSP, Rodolphe Beaulieu, menyebutnya sebagai seseorang yang menjalani hidup Kaizen (terus melakukan perubahan lebih baik tanpa akhir).

Sejak kemenangannya dari Johny Hendricks pada tanggal 16 November 2013 lampau, GSP belum memberikan konfirmasi apakah akan kembali ke arena octagon hingga tulisan ini diturunkan. Tapi untuk saat ini dunia bela diri pantas bersyukur berkesempatan menyaksikan apa yang seorang korban bully dapat capai lewat perpaduan ilmu bela diri, dedikasi dan komitmen untuk terus mengembangkan diri dalam diri GSP.

“My goal is to share all of my learning, all of my knowledge, so that other generations of martial artists will benefit from it. It will raise the bar and make humans better, smarter, more efficient”

- GSP

Hendra Makgawinata

Sydney, 17/11/2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun