Mohon tunggu...
Hendra Lim
Hendra Lim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Trainer, dan Penyunting

Pembelajar di jalan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengisi Daya dan Penyuntik Energiku, oleh Afriyanti

24 September 2022   07:00 Diperbarui: 24 September 2022   07:10 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tulisan sederhana untuk panutan sekaligus idolaku di hari istimewanya.

"Kamu anak yang menarik", ucap Mochi kepada Afri saat mereka pertama kali berjumpa.  Itu kesan pertama Mochi terhadap Afri, seorang gadis bertubuh kecil berkulit putih, berambut lurus, yang masih lugu dan polos seperti anak kecil meskipun sudah berusia 29 tahun. Mochi adalah wanita cantik berusia 58 tahun, mandiri, cerdas serta telah berkeluarga. Mereka bertemu di salah satu kegiatan organisasi wihara di kota Palembang saat Mochi diundang sebagai narasumber dan Afri bertugas sebagai pembawa acara. Tanpa disangka, pertemuan itu berlanjut ke pertemuan kedua pada kegiatan yang sama di tempat yang berbeda.  Setelah itu, Mochi mengundang Afri ke rumah untuk berbagi cerita. Sejak saat itu, hubungan pertemanan mereka terus berlanjut.

Buddha mengajarkan bahwa setiap makhluk memiliki karma masing-masing. Orang yang melakukan kebajikan akan mendapatkan karma baik. Sebaliknya, orang yang melakukan kejahatan akan menuai karma buruk (S.N 1, 227). Karena karma, dua makhluk bertemu kemudian menjalin dan membangun sebuah hubungan yang berlandaskan oleh perbuatan mereka di masa lampau dan apa yang mereka pelajari di masa depan. Inilah yang disebut jalinan atau jodoh karma. Seperti yang Mochi pernah sampaikan pada Afri bahwa sejak pertemuan pertama mereka dia melihat dan merasa bahwa Afri adalah anak yang menarik, diduga ada hubungan dan ikatan yang kuat antar mereka di kehidupan lampau sehingga dapat bertemu dan menjalin hubungan di kehidupan sekarang, meskipun baru bertemu.  Pada kehidupan lampau Mochi mungkin adalah ibu dari Afri, atau sebaliknya.

Menikmati waktu bersama Mochi telah menciptakan kenyamanan yang cukup cepat bagi Afri yang introvert. Bahkan saat Afri sedang berada di tempat  jauh, sosok Mochi dan momen kebersamaan mereka sering muncul dalam ingatan dan paling dirindukan. Mochi tidak hanya bersikap sebagai seorang teman, bahkan beliau juga bersikap layaknya seorang ibu bagi Afri.

Walaupun belum lama saling mengenal, namun sosok Mochi telah memiliki porsi tersendiri dalam hidup Afri. Bagi Afri, Mochi adalah  wanita panutan sekaligus idola. Beliau tidak hanya menjadi wanita hebat sekaligus teman dan ibu bagi Afri, namun juga hebat sebagai seorang anak, istri dan juga ibu dalam keluarganya. Mochi adalah seorang wanita yang berkualitas seperti yang Buddha jelaskan. Seorang wanita bisa menjadi bijaksana dan bermoral, menjadi istri yang taat, dan hormat kepada mertua. Selain itu, anak laki-laki yang dia lahirkan bisa menjadi orang yang bijaksana atau raja yang mulia (S. I. 85).

Orang yang harus dijadikan teman, diikuti, dan dilayani dengan penghormatan dan penghargaan adalah seseorang yang lebih tinggi dalam hal moralitas, konsentrasi dan kebijaksanaan daripada diri sendiri karena akan membantu meningkatkan kualitas diri ke tingkat yang sama (Sevitabba Sutta/AN 3.26).  Pun, saat bergaul hendaklah bergaul dengan seorang teman  yang memberikan apa yang sulit diberikan, melakukan apa yang sulit dilakukan, dan sabar menahankan apa yang sulit ditahan (Mitta Sutta/ AN 3.135). Menjadikan Mochi sebagai teman, panutan sekaligus idola,  tentu ada beberapa nilai atau kualitas bajik yang dapat dijadikan teladan. Apa saja nilai atau kualitas bajik tersebut?

Pertama, beliau adalah sosok cerdas. Mochi memiliki banyak ide dan hal baru yang sering dibagikan kepada orang sekitar. Ia cakap dalam memberikan keputusan dan menyampaikan pendapat.  Saat berhadapan dengan orang lain, ia cerdas seperti pengacara dan mediator yang dapat secara objektif melihat banyak sisi dari suatu masalah. Ia berdebat secara meyakinkan, selalu berusaha dengan semangat memberikan yang terbaik dan nilai-nilai positif kepada orang lain atau pekerjaan agar orang lain tidak mudah kecewa dan tidak memunculkan konflik. Ketika melihat seseorang melakukan kesalahan, dia selalu siap untuk membimbing dan membantu memperbaiki. Bergaul dengan orang bijaksana yang senantiasa menunjukkan dan memberitahukan kesalahan kita adalah hal baik dan tidak tercela (Dhp 76).

Kualitas kedua adalah komunikator yang baik. Komunikasi tidak hanya tentang berbicara melainkan juga mendengar. Beliau mampu memahami kawan bicara dan memiliki  kemampuan negosiasi yang baik. Walaupun aktivitas sehari-hari padat, beliau dengan senang hati menyediakan waktu untuk mendengarkan cerita bahkan keluh kesah. Saat bercerita kepada beliau, muncul perspektif atau sudut pandang baru yang baik tentang keluh kesah atau permasalahan.  Bukan sekedar mendengar, beliau juga mampu memberi solusi yang tepat tanpa menggurui. Dirinya menjadi tempat ternyaman bagi yang membutuhkan seorang pendengar.

Ketiga, beliau adalah seorang pemimpin yang bijaksana. Banyaknya ide kreatif dan energi dalam diri beliau membuat dia menjadi seorang pemimpin alami dan terbaik. Dia memiliki cara kepemimpinan sendiri, yaitu lebih memposisikan diri sebagai pemimpin yang mendengarkan dan mengayomi setiap anggotanya dengan baik. Selain itu, dia juga tahu bahwa keadilan sangat penting. Dia akan memastikan setiap orang memiliki ruang aspirasi sendiri.  Dia juga tidak asal membela atau menghakimi. Sebelum mengambil keputusan dia akan menimbang terlebih dahulu, melihat kenyataan, dan bukti yang ada agar tidak banyak yang dirugikan. Sungguh beruntung orang-orang yang beliau pimpin. Buddha menasihati untuk mengikuti orang yang pandai, bijaksana, terpelajar, tekun, patuh dan mulia; selalu dekat dengan orang yang bajik dan pandai seperti itu, bagaikan bulan mengikuti peredaran bintang (Dhp 208).

Setangkai bunga mawar bisa menjadi 'tamanku' dan seorang teman hidup seperti dirimu bisa menjadi 'duniaku'.   Terima kasih telah hadir dan menjadi teman hidup sekaligus sosok ibu serta panutan bagi anakmu ini, dimana dirimu  senantiasa memberi semangat dan motivasi agar anakmu meraih kesuksesan yang sama atau bahkan lebih. Tak bisa dipungkiri bahwa saat terus berjuang meraih yang ingin dicapai, pasti ada rasa lelah dan hambatan lain yang dapat menghentikan usaha. Namun, dalam kondisi seperti itu, dirimu selalu punya peran penting untuk memengaruhi semangat dengan menjadi pengisi daya dan penyuntik energi sehingga membuat anakmu ini kembali merasa segar dan terbakar semangatnya. Dirimu yang menjadi panutan sekaligus idola membuat apa yang dikerjakan jadi terarah; apa yang ingin diri ini capai serta bagaimana usaha untuk mewujudkannya menjadi jelas. Teruslah melangkah selama engkau di jalan kebaikan, meski terkadang kebaikan tidak selalu dihargai.  Karena hidup bukanlah tentang siapa yang terbaik, namun siapa yang mau berbuat baik. Tetaplah miliki hati yang baik seperti taman, pikiran yang baik seperti akar, kata-kata baik adalah bunganya,  dan perbuatan baik adalah buahnya. Semoga semua makhluk berbahagia.

Si Mamat makan bihun di toko buku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun