Adik kecil berbaju merah ini namanya Gunsar Sitinjak. Orang tuanya Bapak Sitinjak dan Ibu Tamba. Si adik ini memiliki cerita perjalanan hidup yg sangat mengharukan saya.
Gunsar lahir bertepatan dengan erupsi pertama kali Gunung Sinabung. Menurut Ibu Tamba, beberapa hari sebelum Gunsar lahir, dia mendapat penglihatan aneh melalui mimpi.
Penglihatan pertama yaitu Ibu Tamba memimpikan seekor binatang menyerupai ular datang menghampirinya. Karena kasihan melihat binatang itu, dia meletakkan binatang tersebut ke rerumputan hijau supaya selamat. Ketika meletakkannya, Ibu Tamba terkejut sebab panjang binatang tersebut hingga ke puncak Gunung Sinabung.
Penglihatan kedua, Ibu boru Tamba memimpikan sesosok orang tua datang menghampirinya dan memberinya sebuah keris, dan mengamanatkan supaya menjaga keris tersebut.Tak lama berselang dari waktu Ibu Tamba bermimpi, meletus lah Gunung Sinabung untuk pertama kalinya, yang sangat mengejutkan masyarakat desa itu.
Ibu Tamba yang semenjak hamil ditinggal lari suaminya itupun ikut panik. Bagaimana tidak, dia sedang hamil tua dan anak2nya masih kecil-kecil. Mereka pun ikut mengungsi bersama warga desa lainnya menuju arah hutan berbukit. Akibat hamil tua, mereka tidak dapat berjalan dgn cepat, lambat sekali, dikarenakan keadaan yang sangat gelap dan warga desa yg cukup panik. Mereka berjalan tertatih-tatih.
Karna kelelahan, Ibu Tamba mengalami pendarahan di tengah perjalanan, mereka berteduh di pinggiran jalan setapak yg gelap itu. Dari kerumunan keramaian orang yg panik tersebut, tiba2 datang seorang nenek menghampiri keluarga itu. Mereka tidak tahu siapa orang tersebut. Si nenek tersebut sepertinya mengetahui bahwa Ibu Tamba sedang pendarahan.Â
Dipetiknya beberapa bunga tanaman, lalu diberinya kepada Ibu Tamba beserta anak2nya sambil berkata, "minumlah sari tanaman ini, untuk mengurangi pendarahan dan rasa haus kalian". Ibu Tamba nurut saja dgn saran orang tua tersebut. Tak lama berselang, orang tua tersebut lenyap didalam keramaian orang-orang yang ikut mengungsi.
Kemudian, akibat pendarahan terus menerus, anak sulung Ibu Tamba yang merasa kasihan dengan ibunya meminta kepadanya agar mereka kembali ke rumah. Dia berkata: "kalaupun kita harus mati, mati di rumah lah kita mak". Mereka pun kembali ke rumah tanpa sepengetahuan siapa pun.
Singkat cerita, mereka sampai ke rumah. Mereka tidur berpelukan sampai Tim Evakuasi menjemput mereka dan membawanya ke posko pengungsian.
Tak berselang lama, Ibu Tamba melahirkan di Rumah Sakit, dan pada saat itu Presiden SBY datang mengunjungi mereka. Dan pada saat itu jugalah, Presiden SBY menamai anak itu Gunsar.
Saat ini, Gunsar yg telah berumur 6 tahun tinggal di Posko Tongkoh, Desa Tongkoh, Kabupaten Karo. Hidupnya dihabiskan disana akibat belum jelasnya soal masa depan mereka. Semoga Gunsar bertumbuh dan berkembang dgn baik disana, dan tetap rajin belajar, supaya kelak menjadi bijaksana.