Mohon tunggu...
Hendra Kurniawan
Hendra Kurniawan Mohon Tunggu... profesional -

Dosen Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memanusiakan Manusia untuk Hidup Bermasyarakat

7 Januari 2014   19:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:03 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna dan mulia. Manusia dikaruniai akal budi yang membuatnya berbeda dengan makhluk Tuhan lainnya. Atas berkat inilah manusia perlu menyadari kemanusiaan yang ada dalam dirinya dan kemanusiaan orang lain. Tumbuh kembangnya kemanusiaan manusia diperoleh lewat proses pendidikan. Oleh karena itu pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

Seorang rohaniwan sekaligus pendidik, Driyarkara, mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan proses pemanusiaan manusia. Pendidikan yang utuh meliputi dua proses yaitu hominisasi dan humanisasi. Hominisasi berarti proses menjadi manusia yang terkait dengan pertumbuhan personal secara fisik, biologis, dan psikologis sejak kecil sampai dewasa. Hominisasi merupakan tahapan pemanusiaan manusia dalam taraf minimal. Untuk membawa manusia pada tingkatan yang lebih utuh membutuhkan proses humanisasi. Humanisasi dapat diartikan sebagai upaya pembudayaan dan pembentukan kepribadian.

Manusia adalah makhluk sosial, homo homini socius, maka bagaimana pun seorang anak akan mengalami tahapan bersosialisasi dengan lingkungan alam dan sosialnya. Setiap pribadi harus mampu memahami keberadaan dirinya di antara orang lain. Sikap menghargai dan menerima orang maupun kelompok lain sangat diperlukan dalam hidup sosial yang sangat plural. Manusia hidup dalam dunia bersama (mit-welt) dan setiap manusia pada hakikatnya ada bersama dengan manusia lain (mit-sein). Maka penanaman budi pekerti dan moral, religiusitas, kejujuran, penghayatan nilai-nilai kemanusiaan, belajar hidup sosial dengan orang lain, saling menghargai, menghormati, dan bertanggung jawab menjadi kebutuhan mutlak bagi pembentukan karakter anak.

Terkait dengan kehidupan bermasyarakat, hilangnya kesadaran untuk menghargai orang lain dalam berelasi dan merosotnya sikap kepedulian sosial saat ini menjadi ancaman. Hal yang sebenarnya tidak bersifat prinsip namun lebih menekankan pada persoalan keharmonisan hidup dalam masyarakat yang pluralis justru menimbulkan masalah. Bersilaturahmi dan menyampaikan ucapan selamat hari raya kepada umat yang beragama lain seyogyanya lebih dipahami sebagai wujud kebersamaan dan sikap saling menghormati, namun saat ini justru menjadi ganjalan tersendiri. Era globalisasi dan kemajuan zaman justru meningkatkan kecenderungan primordialisme agama dan suku yang menggerus kesadaran hidup sosial di masyarakat.

Peran Ibu

Bulan Desember ini kita memperingati Hari Ibu dan Hari Sosial. Gagasan humanisasi dalam konteks kehidupan sosial dan peran penting ibu jelas sangat relevan dengan kondisi di zaman ini. Sejalan dengan tema Hari Ibu tahun 2013 yaitu: “Kesetaraan perempuan dan laki-laki untuk membangun karakter bangsa dalam mewujudkan masyarakat yang sehat dan bermartabat” menunjukkan bahwa ibu turut menjadi penentu bagi pembentukan karakter sebuah bangsa. Sifat wanita yang kodrati membuat tugas mulia seorang ibu tidak dapat digantikan oleh siapapun.

Seiring dengan kemajuan zaman dan meningkatnya kebutuhan hidup manusia membuat arti penting ibu mulai tergerus dalam keluarga. Ketika orientasi hidup seorang ibu telah beralih dari tugas mulianya sebagai pendidik anak, maka akan mengancam pembinaan terhadap generasi muda. Tumbuh kembang dan pendidikan anak menjadi tidak diperhatikan, kepentingan keluarga menjadi terabaikan, dan bahkan mengancam keharmonisan keluarga. Kondisi yang demikian ini berujung pada pertaruhan nasib dan masa depan anak. Pada akhirnya semua itu akan berakumulasi pada terjadinya krisis moral dan karakter bangsa. Tidak mengherankan apabila muncul pemikiran bahwa tidak ada pekerjaan yang lebih berat selain menjadi seorang ibu.

Kiranya momen Hari Ibu dan Hari Sosial di bulan Desember yang akan segera berakhir ini tidak sekadar meninggalkan jejak peringatan belaka dengan berbagai selebrasinya. Jauh lebih penting, menilik kondisi bangsa yang mengalami keprihatinan di berbagai bidang, sudah saatnya semua insan mengevaluasi diri sekaligus berefleksi. Sudahkan kita mampu menjadi manusia yang seutuhnya dan menempatkan manusia lain secara utuh pula. Selama ini sudah sejauh mana para ibu dan orang tua melakukan fungsi dan tugasnya dengan baik sebagai pendidik anak yang pertama dan utama. Mudah-mudahan di tahun yang akan datang semakin banyak manusia yang tidak hanya homo namun juga homo yang human agar tercipta manusia-manusia Indonesia yang berkarakter dan berjiwa sosial.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun