Rupa-rupanya penolakan Gereja terhadap rencana pembangunan pabrik semen ini bukannya tanpa alasan. Fakta historis membeberkan bahwa kegiatan pertambangan di wilayah Manggarai Raya (Manggarai Barat, Manggarai, dan Manggarai Timur) selalu bermasalah. Pertambangan mangan di Reo (Manggarai) dan di Lambaleda (Manggarai Timur) berapa tahun lalu menimbulkan polemik yang besar. Saat itu, Frans Lebu Raya masih menjabat sebagai gubernur.
Awalnya kehadiran perusahan pertambangan tersebut disambut baik oleh masyarakat dan gereja. Mereka berjanji akan tetap memerhatikan lingkungan hidup dan memberdayakan perekonomian masyarakat lingkar tambang.Â
Namun lama-kelamaan, kegiatan pertambangan tersebut mempermiskin masyarakat lingkar tambang, merusakkan lingkungan hidup, dan memberikan pendapatan yang sedikit untuk pemda setempat.
Masyarakat lingkar tambang kehilangan banyak tanah ulayatnya serta tanaman-tanaman perkebunan yang menyokong perekonomian mereka. Areal pertambangan bertambah luas karena perusahan mengekstraksi lahan-lahan yang tidak mendapat ganti rugi pembebasan lahan.Â
Akibatnya, masyarakat tidak bisa berkebun seperti pada galibnya dan mata pencaharian mereka sebagai pekebun dan petani runyam.
Mereka akhirnya bekerja sebagai buruh tambang. Namun dengan alasan gaji yang diperoleh sangat rendah dan kondusi lingkungan kerja yang tidak nyaman, mereka lebih memilih menjadi penganggur. Untungnya bantuan sembako dari Gereja dan Pemkab setempat cepat diberikan, sehingga tidak menimbulkan permasalahan baru.
Pertambangan mangan tersebut juga menyebabkan kerusakan yang parah pada lingkungan hidup. Area pertambangan di Torong Besi, Reo, Manggarai menyulap sebuah bukit indah nan permai menjadi  tandus dan tak bernyawa. Perusahan tambang dengan jelas telah melanggar SIUP yang ditetapkan.
Menelisik berbagai rekam jejak negatif perusahan tambang di Manggarai Raya, Gereja Keuskupan Ruteng bersama kebanyakan masyarakat Manggarai menolak pembangunan pabrik semen di Manggarai Timur.
Sikap Gubernur Viktor Laiskodat Terkait Penolakan
Kita patut mengapresiasi prospek Gubernur Viktor Laiskodat terkait pembangunan pabrik semen. Betapa tidak, kebutuhan semen dalam provinsi telah meningkat drastis.Â
Terkait penolakan dari pihak gereja dan masyarakat kebanyakan terhadap pembangunan pabrik semen di Manggarai Timur, Viktor Laiskodat menjawabnya dengan enteng dan bertanggungjawab.
"Jika Pemkab Manggarai Timur menolaknya, saya akan pindahkan rencana pembangunan pabrik ke Timor. Di sana, banyak tempat dan bahan baku tersedia." (Voxntt.com)
Pembangunan semen di Manggarai Timur, tandas Laiskodat, sebenarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan semen masyarakat lokal dan khususnya pembangunan jalan raya dari Labuan Bajo menuju Wae Rebo.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!