Mohon tunggu...
Hendra Kumpul
Hendra Kumpul Mohon Tunggu... Lainnya - Ro'eng Koe

Sedang Belajar Menulis ndakumpul@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Ata Karong", Sosok Hororistik dan Abu-abu

15 April 2020   14:27 Diperbarui: 18 April 2020   17:26 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi "ata karong". Sumber: Pinterest.

Setelah dijejali alam pemikiran para filsuf yang mengobrak-abrik nalar, penulis akhirnya diliburkan dari perkuliahan formal di ruang kuliah akibat adanya Covid-19. Sambil mengikuti kuliah secara online dan mengerjakan tugas perkuliahan yang menumpuk dari rumah, selama beberapa hari ini penulis pun ditemani cerita horor bernuansa mitis-magis, yakni "ata karong".

Sedari kecil, penulis telah dijejali cerita mitis-magis seputar "ata karong". Mafmum, penulis hidup di perkampungan yang masih percaya akan daya gaib dan sosok gaib yang senantiasa berseliweran dalam hidup harian.  

Ata Karong" merupakan istilah orang Manggarai, Flores untuk manusia jadi-jadian atau manusia-setan. Mereka bertutur, bertindak, dan bersikap sebagai manusia dalam lakon harian, tapi berubah drastis menjadi iblis yang menakutkan ketika menjalankan aksi setanistik yang biasa dilakukan pada malam hari.

Varian cerita tentang "ata karong" sangat beragam, tapi hororistik. Ada yang mengatakan, mereka tak segan-segan membunuh orang yang menjadi musuh atau mangsa incaran mereka. Ada pula yang mengatakan, mereka mempunyai tutur kata yang halus bagi mangsa mereka tapi secara tersembunyi menyimpan jimat kesumat di dalam rumah para mangsanya atau areal sekitarnya. 

Beberapa orang beranggapan bahwa mereka mempunyai sejumput ilmu sakti yang sekali digunakan akan merenggangkan nyawa mangsa dalam sekejap (ihhh, serem ya).

Namun di tengah variasi cerita di atas, ada beberapa indikasi umum yang menunjukkan pola laku "ata karong" yang dilihat, didengar, dan dipercayai  kebanyakan orang Manggarai. "Ata karong" biasanya menjalankan aksinya pada tengah malam hingga dini hari. Ketika menjalankan aksinya, mereka bertelanjang bulat atau berubah rupa menjadi sosok kucing besar (suanggi) yang mengaum tak karuan. 

Banyak orang mendengar aumannya, tapi  tak melihat rupanya. Hanya mereka yang mempunyai "wela mata" (indra keenam) yang bisa merasakan dan melihat keberadaannya. Meski bisa dilihat, tapi itu pun hanya sepintas lalu saja sebab gerak mereka cekatan bak lakon ninja asashin dalam film-film Jepang.

Selain itu, "ata karong" biasanya bermata merah. Antara merah karena sering beraksi malam atau merah karena menampakkan amarah setan, hingga kini masih belum jelas. 

Alhasil, banyak orang menstigmatisasi secara serampangan  mereka yang bermata merah karena sakit mata sebagai "ata karong". Impaknya, sering terjadi polemik yang berujung pada adu jotos (hehehe, makanya jangan sembarang nuduh bro).

Rupa "ata karong" pun bervariasi. Selain berupa kucing besar, mereka juga bisa berubah rupa menjadi kelelawar yang sering menjerit di bubungan rumah, apalagi rumah yang mempunyai bayi yang baru lahir. Menurut cerita yang beredar, bayi menjadi incaran utama mereka sebab darah dan daging bayi segar dan menjadi tumbal yang lezat dan dinanti-nantikan oleh setan yang mereka puja. 

Makanya, di banyak perkampungan di wilayah Manggarai, orang tua dan anak-anak muda akan beramai-ramai begadang di rumah yang baru saja mengalami kelahiran. Namun, ada juga "modus operandi" yang tersembunyi di balik begadang tersebut, khususnya bagi kaum muda. Daripada merogoh kocek membeli rokok, lebih baik asyik begadang karena tuan rumah akan menyiapkan rokok dan kopi secara gratis (hhh).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun