Mohon tunggu...
Hendra Josuf
Hendra Josuf Mohon Tunggu... Lainnya - berdiam di new york city, usa

sekolah tinggi bahasa asing di tangerang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

S a h a b a t

21 November 2024   09:04 Diperbarui: 21 November 2024   09:11 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua orang, tanpa kecuali, harus menjalani hari2 sepi yang dulunya tidak terpikirkan.Sejalan dengan waktu, anak2 sudah pada "out of the box", meninggalkan kita.Yang nantinya mereka sibuk dengan keluarga masing2.

Gimana dengan teman/sahabat?Tidak terkecuali, mereka punya hidup/keluarga sendiri2, dan nantinya langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi hidup kita yang sudah complex.Tentu hal ini perlahan akan muncul melalui curhat.Kalau bukan kita yang mulai, maka pihak sana yang ngeluh.Ada2 saja problemanya.

Sebenarnya curhat wajar2 saja kalau kita tidak ikut di dalamnya.Tap tanpa kita sadari, kita jauh terjerumus kedalam persoalan yang bukan urusan kita.Makanya hidup lansia yang mau tenang, tidak terbebanki dengan kehidupan dunia, akhirnya terjebak dengan hal ini.

Ada tradisi suku Tionghoa yang mewajibkan anak menaggung orang tua mereka kalau sudah lansia.Namun jaman sudah  modern, para orang tua sendiri yang tidak mau gabung dengan anak2 mereka.Disini (AS), para lansia lebih milih panti jompo ketimbang satu rumah dengan anak dan cucu2 mereka.

Tinggal di pemondokan, semua tersedia, dan tidak mesti membebani anak2 dengan urusan2 kecil.Diamna laum lansia gampang tersinggung.

Jadi podcast ini, menganjurkan kita"merangkul" kesepian, dan berupaya mereflesikan diri kita kembali.Dari tempat sepi, kita dapat menyatukan diri dengan alam, contohnya, mendengar cicitan burung, desiran daun2, atau lembutnya sinar matahari pagi.

Dengan menjalani hidup apa adanya, membuat kita bersyukur masih di beri kesempatan mengirup udara dan ketengan jiwa di hari2 tua kedepannya.

Tadi pagi, disaat saya mengambil surat2 di kotak post depan rumah, seorang nenek kulit putih, melintas disamping  saya sembari mendorong"Walker"(alat bantu  jalan buat lansia/cacat).

Jalannya yang pincang, tidak menyurutkan semangatnya jalan pagi dengan bantuan Walkernya.Cukup lama saya memandangi sang nenek hingga hilang di pertigaan.

Dalam hati, meskipun telah langsia, saya masih di beri berkat oleh Tuhan dengan kaki yang masih OK.

Buat saya, meski di rekomendasi memperkecil pertemanan, saya masih tetap  menghubungi teman2 dekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun