Mohon tunggu...
Hendra Josuf
Hendra Josuf Mohon Tunggu... Lainnya - berdiam di new york city, usa

sekolah tinggi bahasa asing di tangerang

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Only in New York

5 Oktober 2021   04:12 Diperbarui: 5 Oktober 2021   04:13 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ungkapan “Only in New York “ atau “Hanya di New York” acap kali  kita dengar di kota ini  jika seseorang melepaskan ke kesalannya pada suatu hal  menjengkelkan.Soalnya, ada beberapa kejadian yang tidak biasa kita  alami  di negara kita, tapi di New York atau di Amerika Serikat, sering kita jumpaihingga lama kelamaan peristiwa itu tidak asing lagi buat kita.

Misalnya, kalau ada mobil PMK me-raung2 di tengah jalan lalu  membuat kita minggir, pikiran kita tentu ada  kebakaran, nyatanya bukan, karena petugas pemadam  kebakaran ini juga bertugas menolong orang sakit gawat.Mungkin sebagai pembuka jalan macet supaya ambulance bisa lewat lebih cepat.

Berikut, sebagai pengendara mobil, kadang2 kita  terpaku  ber-jam2 lamanya di jalan toll sambil ber-tanya2 apa  gerangan yang sedang terjadi karena tak satupun kendaraan  beringsut dan ternyata, kedua sisi jalan di tutup total  di sebabkan  adanya  accident.Berbagai  petugas hadir ditempat kejadian, ada yang sibuk, lainnya terlihat santai sambil mengawasi, termasuk petugas pemadam kebakaran.

Peraturan lalu lintas yang banyak dan nyelimet  di barengi dengan sanksi berat dan menguras kantong, membuat sebagian warga NYC "berteriak" membela diri ketika di tilang oleh seorang polisi lalu lintas.Namun pemandangan serupa ini sudah jarang terjadi karena adanya alat canggih di tangan polisi membuat mereka berlalu dengan cepat setelah men"scan"data2 mobil si pelanggar.Tilangnya di kirim ke alamat si empunya mobil melalui  pos.

Yang lain, ketika jaman di gital belum ada di NYC, para sopir bus di beri wewenang penuh atas bus kota yang  mereka  kendarai.Jadi kalau ada satu penumpang yang tidak bayar atau kurang uangnya maka sopir yang mungkin terlalu disiplin  tidak mau menjalan bus sebelum  ongkos terbayar penuh.Sekarang mah sudah jauh lebih baik karena adanya sistim pembayaran elektron

Dan yang terahir saya lihat dan alami sendiri, adalah ke ruwetan yang sering terjadi  di kebanyakan  persimpangan jalan di kota ini, yaitu, di saat lampu merah beralih menjadi putih, para pejalan kaki tentu saja sudah mulai melangkah ke tengah jalan.Apa lacur, dari samping  mobil2 pada jalan juga mendekati mereka, walau pengendara2 mobil itu  terkesan berhati-hati dan menunggu pejalan2 kaki lewat baru mereka di perbolehkan maju, namun tetap saja kita dengar ada beberapa pejalan kaki  mengumpat dengan kata2 kotor, termasuk yang pernah saya lakukan sewaktu menemani istri  nyebrang.Saat itu sang istri masih di tengah sewaktu sebuah mobil sedan hampir menyentuh tubuhnyaSaya yang berada di belakang langsung teriak dan memukul badan mobil.Si pengendara, seorang perempuan, nampak juga terkejut atas pukulan saya.

Pasti ada pengendara mobil yang ugal2an,tapi mengapa  para pengendara ter-gesa2?Karena mereka juga harus memburu waktu, bila lampu masih  hijau, tentu mereka masih tenang, tapi kalau sudah merah dan mobil mereka masih di perapatan, maka mereka pasti di tilang, kalau kebetulan ada polisi di sekitar situ.

Ada banyak lagi contoh2 yang bisa kita dapati di kota metropolitan ini.Namun agak susah mengingat satu persatu.Para pengendara dan warga  diberi sanksi berat karena disiplin yang kurang, tapi sebaliknya  kota sedikit teratur karena orang2 takut pada polisi  bukan karena pistolnya tapi karena buku tilang dan sanksi lainnya.

Selain itu, disini jarang kita dengar polisi atau aparat lainnya menerima suap karena jaminan sosial mereka bagus dan dapat mereka nikmati setelah pensiun sampai meninggal dunia.Tidak terkecuali saya yang sudah ancang2 istirahat sedikit lama setelah covid19 di jinakkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun