Mohon tunggu...
Hendra Jawanai
Hendra Jawanai Mohon Tunggu... Penulis - Creative Director/Producer/Writer

Energi adalah rahasia gerak serta kehidupan di dalam setiap partikel kecil.

Selanjutnya

Tutup

Film

Harmoni Pelestarian Budaya: Pelajaran dari "Indus Blues"

6 November 2023   12:46 Diperbarui: 6 November 2023   13:03 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film dokumenter "Indus Blues" yang diproduksi dan disutradarai oleh Jawad Sharif pada tahun 2018 merupakan sebuah karya yang patut direkomendasikan.

Film ini memiliki banyak aspek yang membuatnya istimewa dan penting untuk diperhatikan. Kita akan membahas mengapa film ini begitu menarik dan kemudian mempertimbangkan bagaimana musik tradisional Indonesia juga dapat dieksplorasi dengan baik dalam sebuah konteks serupa.

Pertama-tama, "Indus Blues" menggambarkan sebuah isu yang sangat relevan dan universal, yaitu pelestarian warisan budaya. Film ini mengangkat isu hilangnya tradisi musik folk dan klasik di Pakistan. Ini bukan hanya masalah yang dihadapi oleh Pakistan, tetapi juga terjadi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Musisi-musisi tradisional di berbagai negara menghadapi tantangan serupa dalam mempertahankan warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi. Oleh karena itu, film ini membangkitkan kesadaran tentang pentingnya pelestarian warisan budaya dan tradisional.

Selain itu, "Indus Blues" memberikan gambaran mendalam tentang perjuangan musisi klasik Pakistan. Film ini membawa penonton dalam perjalanan musikal yang penuh gairah, menyoroti dedikasi dan kecintaan mereka terhadap seni mereka. Ini menggambarkan ketahanan mereka dalam menghadapi tantangan seperti ketidaksetaraan, kurangnya dukungan, dan kurangnya apresiasi terhadap musik tradisional. Film ini tidak hanya menjadi wadah bagi musisi untuk mengekspresikan diri, tetapi juga menjadi medium yang menggugah penonton untuk memahami perjuangan mereka.

Salah satu aspek yang paling mengesankan dari film ini adalah pengambilan gambar yang indah. Dengan pengambilan gambar di lebih dari 15 lokasi di Pakistan, "Indus Blues" berhasil menangkap keindahan lanskap dan budaya yang beragam. Melalui visualnya, film ini memberikan sudut pandang yang mendalam tentang kekayaan dan keindahan Pakistan yang seringkali terlupakan oleh dunia luar. Dalam konteks Indonesia, film dokumenter yang serupa dapat mengungkapkan keindahan alam dan budaya yang beragam di seluruh nusantara.

Selain itu, "Indus Blues" juga menggambarkan filosofi humanis di antara para seniman, yang merespons kebencian dan intoleransi dengan cinta dan perdamaian. Pesan inilah yang menjadi landasan moral film ini dan memberikan inspirasi bagi penonton untuk mengambil langkah-langkah positif dalam mengatasi konflik dan perbedaan. Hal ini sangat relevan dalam konteks Indonesia, di mana keragaman budaya sering kali dihadapkan pada ketegangan dan konflik. Film serupa di Indonesia dapat menjadi sarana untuk mempromosikan perdamaian, toleransi, dan dialog antarbudaya.

Dengan semua elemen yang dimiliki oleh "Indus Blues", film dokumenter semacam ini memberikan pandangan yang dalam tentang pelestarian warisan budaya, perjuangan musisi tradisional, keindahan alam dan budaya, serta pesan perdamaian. Film ini dapat menjadi inspirasi bagi para pembuat film dan penonton di Indonesia untuk menjelajahi dan mengabadikan musik tradisional dan warisan budaya kita dengan cara yang sama yang dilakukan oleh film dokumenter "Indus Blues" ini. Dengan begitu, kita bisa memastikan bahwa warisan budaya Indonesia yang kaya dan beragam akan tetap hidup dan berkembang untuk generasi mendatang. (*)


~ H.J.H.J.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun