Sebagian besar isi film ini menampilkan masa remaja Sammy, yang semakin terampil dalam membuat film dan belajar dari pengalaman hidupnya untuk memperbaiki kemampuannya.
Bahkan pada usia dini, dia sudah merasa bahwa ini bukanlah hanya sebuah hobi. Ketika ayahnya menyebut pembuatan film sebagai hobi, dia selalu menentang deskripsi itu, seolah merasakan bahwa ini adalah jati dirinya yang sebenarnya.
Dia menemukan suara klik kamera menjadi penghibur, studio edit kecilnya menjadi tempat yang nyaman, dan pemecahan masalah dalam membuat film semakin memikat, menjadi tugas yang sulit tetapi sangat bermanfaat.
Sammy juga merekam keluarganya, melihat ibunya, ayahnya, saudara-saudara perempuannya, dan sahabat terbaik ayahnya, dengan cara yang tidak dapat dilihat oleh siapa pun.
Dia merekam segalanya dengan kameranya: kegembiraan, kesedihan, dan dengan itu, melihat kekuatan yang bisa dimiliki dalam membuat sebuah film -baik dan buruk.
Bagi dia, film bukan hanya bentuk hiburan, tetapi juga cara dia untuk memanipulasi emosi -baik disengaja maupun tidak. Dia bisa membawa keindahan yang besar ke dalam dunia, atau dia bisa mengubah hidup seseorang dengan cara yang radikal.
Dalam membuat tampilan yang nostalgik dan penuh perasaan ini, Spielberg bekerja dalam tim yang luar biasa hebat.
Ditulis bersama oleh Tony Kusher (Lincoln) dan Spielberg (naskah pertamanya sejak A.I. Artificial Intelligence tahun 2001), The Fabelmans sangat berhati-hati dalam membawa kisah Spielberg menjadi hidup, dan meskipun ini adalah cerita yang sangat pribadi, film ini menyentuh hati dan menghanyutkan emosi.