Tema kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) telah lama menjadi topik populer dalam dunia film dan literatur fiksi ilmiah (science fiction).
Banyak penonton tertarik dengan cerita hubungan manusia dengan AI dalam berbagai kreasi, didasari oleh petualangan manusia di masa depan dan perkembangan teknologinya. Salah satu film yang menonjol dalam konteks ini adalah Her yang disutradarai oleh Spike Jonze (2013).
Film ini dibintangi oleh Joaquin Phoenix, bersama sejumlah bintang lain seperti Scarlett Johansson, Amy Adams, Rooney Mara, Chris Pratt, dan Olivia Wilde.
Film Her meraih banyak pujian karena skenarionya yang unik, dinominasikan untuk lima Academy Awards (Oscar) termasuk kategori film terbaik, dan memenangkan kategori Best Writing, Original Screenplay.
Her berkisah tentang Theodore (Joaquin Phoenix), seorang lelaki yang jatuh cinta pada sebuah AI bernama Samantha (Scarlett Johansson).
Theodore mengalami kesepian dalam proses perpisahan dengan istrinya, dan suatu hari ia membeli sistem operasi yang berfungsi sebagai asisten virtual serta dilengkapi dengan AI dan dinamai Samantha, lalu mereka mulai terlibat dalam hubungan romantis yang unik.
Meskipun Samantha tidak memiliki tubuh fisik, Theodore jatuh cinta pada kepribadian dan intelektualitasnya yang semakin berkembang.
Namun, Theodore harus menghadapi dilema moral ketika Samantha berkembang menjadi AI yang lebih maju dan memiliki keinginan yang lebih besar dari pada dirinya sendiri.
Film Her memperlihatkan sebuah refleksi penting terhadap perkembangan AI saat ini. Film ini menggambarkan konsep AI yang semakin canggih dan berkembang menjadi kecerdasan yang semakin manusiawi, bahkan sampai pada titik di mana manusia mulai memiliki hubungan romantis dengannya.
Her merupakan penggambaran yang puitis tentang kebutuhan manusia akan hubungan emosional dan tentang batasan-batasan antara manusia dan teknologi.
Film Her memiliki alur cerita yang kompleks. Dalam film ini, penggambaran tentang hubungan manusia dan teknologi tidak hanya berkisar pada aspek romantis, tetapi juga mempertanyakan batasan-batasan antara AI dan kecerdasan manusia.