Suatu sistem di masukkan ke dalam sebuah perusahaan dengan maksud untuk mempermudah proses dalam urusan bisnis. baik itu sistem informatika, management mesin, management sumber daya manusia, management keselamatan dan banyak menagement-mangement yang lainnya.
sistem tersebut dapat berhasil apabila semua komponen di dalam perusahaan tersebut bersinergi dan berkomitmen pada kelancaran sistem tersebut. tanpa adanya sinergi dan komitmen, maka sebuah sistem yang mahal hanya akan menjadi sia-sia.
Begitu juga dengan sistem Total Productive Management. di suatu perusahaan, sistem ini berusaha diterapkan agar terjadi hubungan yang mutual antara manusia dan mesin maupun hubungan dengan pihak eksternal. sistem ini berusaha dikembangkan agar profit perusahaan dapat bertambah dengan modal yang kecil. ini adalah sistem ekonomi yang paling mendasar. effektivitas dan effisiensi menjadi sebuah kata kunci yang selalu diperdengarkan kepada seluruh jajaran pekerja baik dari tingkat bawah sampai dengan paling atas (top management).
Akan tetapi kadang kita sering lupa bahwa sistem tersebut dijalankan di negara yang tergolong memiliki pekerja-pekerja yang ulet dan tidak gampang menyerah seperti jepang dan amerika. sistem ini sekuat mungkin di adopsi secara total agar pekerja-pekerja indonesia dapat di samakan seperti kedua negara tersebut diatas. usaha ini lah yang sebenarnya paling melelahkan.
Kenapa melelahkan?. typical pekerja indonesia adalah pekerja-pekerja yang hanya bisa (mau) mengerjakan satu hal. mereka hanya merasa bahwa mereka adalah pekerja dan mereka merasa bahwa mereka tidak perlu memikirkan sistem yang sedang diterapkan. sudah cukup sulit untuk melakukan suatu pekerjaan, apalagi di tambah sistem baru yang otomatis akan menyangkut ke diri mereka sebagai pekerja, karena memang sasaran utama dari sebuh sistem adalah manusia sebagai pekerja.
terlalu lelah bagi mereka untuk dapat memikirkan sebuah sistem yang sedang diterapkan, akhirnya mereka hanya mengikuti permukaannya saja karena itu adalah perintah atasan. dengan rasa acuh tak acuh mereka melaksanakan halk tersebut. Sistem manajemen mutu, sistem manajemen lingkungan, sistem produktif manajemen dan sistem-sistem lainnya, rata-rata berjalan seperti itu di perusahaan-perusahaan di indonesia terutama perusahaan yang menerapkan sistem karena gengsi, ikut-ikutan atau karena tuntutan kustomer. padahal idealnya, sebuah sistem harus dibangun dikarenakan sebuah kebutuhan, sebuah keinginan, terutama keinginan dari pemilik atau pengusaha. kadangkala juga pengusaha hanya ingin melihat suksesnya sistem yang dibangun hanya karena memiliki sertifikat lulus sebuah sistem dan dipajang di ruangan resepsionis agar para tamu/kustomer yang datang berdecak kagum.
sistem yang dibangun pun kadang tidak bersinergi dengan komponen fungsional yang lain, dikarenakan alasan kerahasiaan. dengan demikian ada mata rantai yang terlepas, sehingga sistem tersebut tidak berjalan. di sisi lain, benefit yang yang di dapatkan oleh pekerja tidak selaras dengan benefit yang telah di hasilkan oleh sebuah sistem yang telah di laksanakan dengan susah payah oleh kaum pekerja, sehingga pekerja menjadi tidak percaya lagi. jika sebuah sistem gagal maka di masukkan lagi sistem yang lainnya, padahal masalahnya adalah, mengapa sebuah sistem tersebut bisa gagal di terapkan di sebuah perusahaan? akan tetapi kebanyakan pengusaha memasukkan lagi sistem lainnya yang mahal dan belum tentu berhasil, karena akar permasalahannya tidak tersentuh.
di sisi pekerja sendiri sebuah sistem yang akan di terapkan di bayangkan akan menjadi sebuah beban baru bagi mereka, akan menjadi tambahan pekerjaan bagi mereka, dengan pendapatan yang sama dengan sebelum adanya tambahan pekerjaan. jadi mereka berfikir, buat apa di laksanakan, toh gak ada untungnya (duitnya) bagi saya. itulah yang menjadi dasar pemikiran mereka, sehingga sebuah sistem kadang manjadi gagal dapat diterapkan atau di jaga keberhasilannya (apabila telah berhasil)
akan tetapi, pemikiran pekerja tersebut pun tidak dapat dibenarkan sepenuhnya. apabila pengusaha dapat meyakinkan para pekerja bahwa dengan melakukan sistem ini maka keberlansungan usaha akan berlanjut dan mereka akan mendapatkan benefit dari apa yang telah di hasilkan oleh sistem yang di terapkan, maka kemungkinan keberhasilan akan tinggi. disamping itu juga, pengusaha harus tegas dan konsisten dalam menjalankan sebuah sistem dan itu harus berangkat dari keinginan sendiri bukan permintaan maupun gengsi.
Sistem TPM berusaha diterapkan oleh pengusaha di indonesia karena telah berhasil di terapkan di jepang, amerika, kanada dan banyak negara berkembang lainnya. mereka tergiur dengan benefit-benefit yang telah di hasilkan. akan tetapi kadang pengusaha tersebut lupa, bahwa sebuah sistem dibangun dengan jangka waktu yang cukup panjang dengan konsistensi dan komitmen yang tinggi. Yakinkan pekerja bahwa apabila sistem ini berhasil maka mereka akan mendapatkan benefit. pengusaha harus berusaha memotivasi mereka agar sistem ini dapat berjalan dengan baik dan lancar.
masih selalu ada peluang untuk perbaikan. masih ada selalu harapan untuk masa depan lebih cerah, maka dengan itu, peliharalah hubungan dengan pekerja sebagai aset sebuah perusahaan bukan sebagai robot, jadikanlah pekerja sebagai partner bukan sebagai pelayan pengusaha. Para pekerja juga harus sadar, bahwa sistem ini dibuat untuk mempermudah pekerjaan mereka sehari-hari, walaupun pada awalnya akan merasa berat. akan tetapi pada akhirnya ketika sistem telah berjalan dengan baik, maka pekerjaan pun akan menjadi lebih mudah daripada sebelumnya. keberlangsungan usaha akan menjadi lebih panjang. masa depan pekerja akan lebih cerah karena adanya keberlangsungan usaha. moral pekerja akan lebih meningkat, karena pengusaha membayar janjinya. mudah-mudahan kita termasuk pekerja-pekerja yang ulet seperti jepang dan negara-negara yang lainnya.