Pada dasarnya, tahun hanyalah pembatasan jarak waktu.
Yg paling mendasar, beberapa jarak waktu dibatasi dengan sebutan DETIK. 60 DETIK dibatasi dengan sebutan MENIT. 60 MENIT dibatasi dengan sebutan JAM. 24 JAM dibatasi dengan sebutan HARI. Beberapa HARI dibatasi dengan sebutan BULAN. Beberapa BULAN dibatasi dengan sebutan TAHUN.
Dari penjabaran itu, apakah ada hal penting yang membuat satu periode tahun itu sebagai momen yg harus dirayakan? Kalau sekedar ikut-ikutan merayakan, yah yang dirayakan itu hanya sekedar “Pembatasan Periode Waktu”. Disisi lain juga, bisa saja orang tersebut hanya menjadi “Tamu” dari “Perayaan Orang Lain” jika memang ada pihak yang menganggap Tahun Baru itu sebagai hari yg perlu dirayakan. Tamu yang ikut merayakan sekaligus memberi modal perayaan. Hahaha. :D
Beda ceritanya jika di tanggal itu (tanggal berapapun itu) memang ada hal penting atau momen yg perlu diperingati setiap tahunnya. Itu menjadi pilihan pribadi. Yah sama seperti perayaan Hari Pahlawan yang hanya dirayakan Indonesia, tapi tidak dirayakan negara lain. Kalau mau dibilang “Tahun Baru” sebagai momen untuk perbaikan diri, saya saranin untuk cari tahun yg jumlah harinya lebih sedikit agar perbaikan dirinya lebih sering dilakukan. Hehehe.
Mungkin ada yg berkomentar, kok ribet kali ya harus mikirkan sampe segininya? Yah pada dasarnya secara hukum interaksi antar manusia, apapun yg mau anda lakukan yah itu terserah anda selama tidak bersinggungan dengan orang lain. Nah dari sisi umat beragama, apapun yg anda lakukan yah itu terserah anda selama itu tidak melanggar larangan atau mengabaikan perintah Rab/Tuhan/Dewa yg anda yakini dan siap mempertanggungjawabkannya di Hari Pembalasan kelak.
Sekian catatan singkat mengenai Tahun Baru dari pandangan filsafat saya menyambut tahun baru ini.