Mohon tunggu...
Hendra Gani
Hendra Gani Mohon Tunggu... -

Hanya seorang Filsuf

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Berteman Bagai Bermain Tarik Tambang

30 Mei 2015   10:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:27 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Relasi yang bisa berupa Pertemanan, Suami/Istri, Orang tua/ Anak, dan sebagainya, dapat tergambarkan bagai Tarik Tambang. Di sepanjang tali itu ada yg aku istilahkan "Titik Interaksi" yang menjadi penanda baik/buruknya ikatan relasi itu. Sikapmu dan sikapnya adalah gambaran ditarik atau diulurnya tali itu yang akhirnya menjadi penentu dari letak "Titik Interaksi" itu. Untuk mudahnya, bisa dilihat gambar Ilustrasinya.

Ilustrasi Relasi

Dengan Irama tarik-ulur tertentu, itu bisa saja membuat Relasi jadi stabil karna "Titik Interaksi" tetap berada di zona itu misalnya Zona Akrab atau Zona Musuhan. Namun, satu orang tak hanya punya satu "Tali" yang perlu dia urus. Karena itu, "Tali" yang lain bisa saja mempengaruhi "Tali" yang kalian mainkan. Jika ada masalah dalam interaksi "Tarik-Ulur" ini, hindari tindakan yang buru-buru langsung menyalahkan orang lain karena kita pun memegang salah satu ujung tali itu. Perubahan bisa kita lakukan dari: -Diri kita yaitu dengan mengubah Irama misalkan "Menarik lebih kuat atau dengan Mengulur tali itu" -Bisa juga dengan meminta si Dia untuk mengubah Irama nya -Atau, bisa juga dengan mempengaruhi "Tali" lain yang ada di sekitarnya. Kalau masih gagal, mungkin yang perlu dipertimbangkan adalah "Kita salah memilih orang" untuk memegang "Tali" itu. Tapi ini terkecuali Tali "Orang tua/ Anak" karna Tali ini tak bisa dipilih-pilih. Yang paling mungkin diubah adalah diri kita sendiri. Hindari kebiasaan menyalahkan orang lain ataupun merasa selalu benar. *Note: Nama2 Zona bisa disesuaikan berdasarkan Pilihan Relasi. Ini cuma contoh sederhana untuk Relasi Pertemanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun