Tulisan ini kiranya adalah lanjutan dari artikel sebelumnya. Muasalnya adalah pembahasan mengenai pinjaman online yang marak di kalangan pelajar. Sebuah realitas yang menjadi keprihatinan bersama saat ini.
Pun terhadap Judi online (judol) yang makin mengkhawatirkan, serta memberi dampak negatif bagi semua kalangan. Tak luput generasi muda, khususnya dikalangan pelajar. Fenomena era digital yang sangat rentan dalam pengaruh transisi modernisasi.
Terlebih dengan budaya populis yang telah membuai generasi muda untuk lebih konsumeristik. Hal inilah yang kerap memperparah keadaan pribadi maupun sosial secara individu. Termasuk dalam lingkungan sekolah yang seharusnya dapat menjadi ruang edukasi.
Ada beberapa aspek yang secara faktual dapat dijadikan identifikasi/prefentif bagi pelajar dalam pengaruh judol. Di antaranya adalah:
1. Budaya sosialita
Secara realistis, kebutuhan gaya hidup trendi yang dipengaruhi budaya asing dapat membuat perspektif seorang pelajar penuh dengan ekspektasi tinggi. Pengaruh influencer dengan gaya hidup tinggi, secara tidak langsung dapat memantik ruang alternatif.
Dalam pemenuhan kebutuhan ekonomis yang didapat secara instan. Dengan pengaruh judol yang kerap muncul melalui beranda iklan di setiap aplikasi gadget. Pada beberapa kasus, para pelajar mengidentifikasikan diri melalui pendekatan kelompok/circle tertentu.
Termasuk dalam upaya pemenuhan keinginan pribadinya. Memilih judol sebagai sarana mendapatkan pemenuhan kebutuhan secara instan. Walau pada akhirnya justru merugikan dirinya secara finansial.
2. Sikap anti-sosial
Dalam pendekatan ini, sikap anti-sosial dapat terlihat dari realitas nir empati yang tampak dalam lingkungan seorang pelajar. Tak lain karena pemenuhan hasrat (kemenangan) yang kerap memantik sikap emosional individu menjadi labil dan tak terkendali.