Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lima Fakta Menarik dalam Perang Yarmuk

22 November 2023   06:30 Diperbarui: 22 November 2023   21:53 1088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya telah diulas, perihal kisah penaklukkan Islam terhadap bangsa Romawi di Palestina oleh Khalid bin Walid bersama Abu Ubaidah Al Jarrah. Namun, ternyata banyak fakta menarik lain yang kiranya dapat diulas sebagai bahan literasi bagi kita semua.

Selain dari jumlah pasukan yang tidak masuk akal perbandingannya. Yakni dengan 400.000 pasukan Romawi berhadapan dengan 40.000 pasukan Muslim. Perkiraan lainnya secara modern menyebut dengan 150.000 pasukan Romawi dan 40.000 pasukan Muslim.

Khususnya dalam kita memahami Perang Yarmuk, yang pernah berkecamuk di masa silam. Tepatnya pada tahun 636, ketika masa keemasan Islam tengah mencapai puncaknya. Berikut adalah lima fakta menariknya:

1. Kavaleri Jadi Infateri

Siapa sangka, ditengah kecamuk Perang Yarmuk, ada kisah unik yang melanda pasukan Romawi di hari terakhir pertempuran. Hal ini terjadi kala simpul pasukan Romawi telah tercerai berai akibat dari lemahnya mental dan karakter pasukan infateri bayaran/budak.

Silviani Uswatun Chasanah dalam "Strategi Pertempuran Panglima Khalid bin Al Walid Dalam Perang Yarmuk", menjelaskan perihal kekacauan yang dialami pasukan Romawi. Diantara para komandan Romawi ada sentimen dan ketidakpercayaan satu dan lainnya.

Khususnya dalam pasukan kavalerinya, yang tidak saling berkoordinasi dengan pasukan infateri. Sehingga ketika pasukan Khalid bin Walid berhasil menembus jantung pertahanan pasukan Romawi, banyak pasukan kavaleri yang lari meninggalkan pertempuran.

Bahkan diantaranya ada yang kehilangan kuda-kuda mereka, lantaran kepanikan yang melanda. Tak ayal, pasukan kavaleri Romawi banyak yang beralih menjadi infateri dalam upaya pelarian menuju lembah-lembah kematian di kawasan Yarmuk.

2. Munculnya Pasukan Badai

Hal ini disebutkan dalam beberapa sumber Muslim pada peristiwa Perang Yarmuk, seperti yang dikisahkan dalam Tarikh Ath-Tabari dalam "History of the Prophets and King". Bahwa ada pertolongan Allah SWT yang membuat pasukan Romawi kehilangan arah.

Yakni dengan datanganya angin badai dari selatan, dengan hempasan debu-debu berbentuk awan ke posisi pasukan Romawi. Dimana kala itu pasukan Muslim tengah mengalami tekanan dari berbagai sisi.

Berkat pertolongan Allah SWT inilah, counter attack berhasil dilakukan oleh pasukan Muslim. Serta membangkitkan semangat tempur pasukan Muslim yang sebelumnya banyak terluka akibat serangan dari para pemanah Romawi.

Pasukan badai ini juga pernah disebutkan pada peristiwa Perang Qodisiyyah di Persia. Ketika pasukan Muslim menghadapi pasukan Persia, sebelum Perang Yarmuk berkobar di Syam (Palestina, Suriah, Lebanon hingga Yordania).

3. Panglima Perang Romawi Masuk Islam

Peristiwa yang paling menarik tentunya adalah kisah Jarajah (Georgius Todzira) yang memeluk Islam kala Perang Yarmuk berkobar. Jarajah dikenal sebagai panglima perang pasukan Romawi yang tertarik dengan semangat juang pasukan Muslim.

Jarajah melihat kejadian demi kejadian pada Perang Yarmuk, yang membuatnya tertarik pada Islam. Khalid bin Walid, adalah sosok dibalik log in-nya Jarajah menjadi seorang Muslim. Perihal ketertarikan Jarajah lainnya karena wibawa "Pedang Allah yang Terhunus".

Selama perang berkobar, Jarajah melihat bagaimana pasukan Muslim dapat berkoordinasi dengan baik dan sempurnya. Maka wajar, jika besarnya pasukan tidak dapat dianggap sebagai penentu kemenangan dalam sebuah pertempuran.

Hal inilah yang tidak didapatkan Jarajah di kubu pasukan Romawi. Sebagai seorang panglima perang sejati, masuknya Jarajah sebagai pasukan Muslim tentu menjadi penting dalam hal strategi. Walaupun Jarajah gugur sebagai syuhada dalam pertempuran terakhir.

4. Penerapan Strategi Kurdus

Strategi kurdus atau yang dikenal dengan istilah batalyon, pada Perang Yarmuk dianggap sebagai hal baru. Tentunya dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing kurdus yang saling mendukung satu dengan lainnya.

Khalid bin Walid memperkenalkan strategi ini sebagai langkah penting dalam menekan pasukan Romawi yang besar. Dimana setiap kurdus terdiri dari seribu pasukan dengan pemimpinnya masing-masing. Dengan total ada sekitar 40 kurdus yang terbentuk kala itu.

Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam "Biografi Abu Bakar Ash Shiddiq", menjelaskan secara rinci perihal strategi pasukan kurdus ini.

Kurdus inti dikomandoi oleh Abu Ubaidah Al Jarrah bersama Ikrimah bin Abu Jahal. Kurdus kanan dipimpin oleh Amr bin Ash bersama Syurahbil bin Hasanah. Kurdus kiri dipimpin oleh Yazid bin Abu Sufyan. Kurdus intai dipimpin oleh Qubab bin Asyam. Serta kurdus cadangan (belakang) dipimpin oleh Said bin Zaid.

Walaupun tetap Khalid bin Walid yang bertugas sebagai penggempur utama terhadap setiap lini pasukan lawan. Hal inilah yang kelak menjadi kisah menarik berikutnya. Lantaran Khalid bin Walid tidak pernah kalah ketika perang berhadapan dengan lawan.

5. Pergantian Panglima Perang Ketika Pertempuran

Umar bin Khattab mengetahui perihal keutamaan Khalid bin Walid dalam setiap pertempuran. Mode beserk yang dimiliki (Khalid) tidak ada yang dapat menandingi. Pasukan Romawi yang dipukul mundur selalu dikejar hingga menyerah kalah.

Hal ini tentu dianggap dapat mempengaruhi semangat juang pasukan Muslim. Khususnya dalam menjaga ke-Tauhid-an mereka setiap kali perang berkecamuk. Selain alasan lainnya, yakni tidak ingin pasukan Muslim selalu mengandalkan Khalid bin Walid.

Maka, Khalid bin Walid pun digantikan oleh Abu Ubaidah Al Jarrah. Sebuah fenomena unik dalam sebuah pertempuran, lantaran kegemilangan yang diraih bukan justru diberi penghargaan, namun justru digantikan dengan yang lain.

Islam mengajarkan sikap rendah diri bagi setiap umatnya. Inilah yang patut dicontoh dari ketauladanan Khalid bin Walid, selain faktor senioritas Abu Ubaidah Al Jarrah, dengan mode aminul ummah yang dimikinya.

Dijelaskan pula bahwa, tidak ada intrik dan konflik yang terjadi pasca penunjukkan Abu Ubaidah Al Jarrah sebagai panglima. Sesuai dengan amanah Abu Bakar Ash Shiddiq sebelum wafat, agar selalu menjaga persatuan pasukan Muslim dalam perang Yarmuk.

....

Inilah lima fakta menarik yang dapat diambil hikmahnya dalam peristiwa sejarah Perang Yarmuk. Berbagai sifat ketauladanan yang kiranya dapat dijadikan referensi diri dalam melihat realitas zaman saat ini. Semoga bermanfaat, salam damai, dan terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun