Rosihan Anwar mendeskripsikan gerakan pemuda nasionalis, agama, dan komunis memiliki karakter yang saling bersinggungan. Dalam Soekarno, Tentara, PKI; Segitiga Kekuasaan Sebelum Prahara Politik 1961-1965, Rosihan Anwar menjelaskan, bahwa para pemuda justru terlibat konflik antar sesama, karena beda ideologi.
Tujuan membangun bangsa malah menjadi second opinion, karena persoalan ideologi memantik terjadinya revolusi sosial. Peristiwa 1965 kiranya adalah puncak dari konflik antar ideologi kala itu.
Kembali kepada pemaknaan Hari Pahlawan, seperti kata Bung Karno "Beri aku 10 pemuda yang hatinya bergelora, maka akan kuguncang dunia". Merupakan ungkapan yang sarat makna, dalam peran pemuda guna membangun bangsa.
Tentunya melalui jalan dan cara apa saja yang sesuai dengan hakikat ideologi bangsa. Tanpa harus terpantik konflik antar sesama, yang kerap mengemuka seiring tantangan zaman. Para pemuda Indonesia adalah representasi masa depan bangsa.
Jika para pemudanya memiliki mental yang lemah, tentu akan menjadi karakter negatif bangsa di masa yang akan datang. Pun sebaliknya, jika para pemudanya memiliki mental juang yang tangguh, maka Indonesia kelak menjadi bangsa yang besar.
Maka sebaik-baiknya bangsa besar adalah memiliki generasi yang tidak lupa terhadap sejarah bangsanya sendiri. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Bung Karno dalam Jas Merah.
Sesuai jargon pada logo Hari Pahlawan 2023; "Semangat pahlawan untuk masa depan bangsa dalam memerangi kemiskinan dan kebodohan". Semoga bermanfaat, salam damai, dan terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H