Mendapatkan dukungan dari undecided voters pun tidak serta merta melalui pendekatan politis yang umum dilakukan. Apalagi sampai mampu menggerakkan mereka sebagai bagian dari proses demokratisasi bagi pemilih pemula.
Salah satu metodenya tentu dengan memberi ruang pelibatan secara aktif. Membuka seluas-luasnya pelibatan publik secara terbuka. Khususnya dalam merumuskan agenda kedepan bagi kepentingan publik melalui visi misi kampanye dari setiap paslon.
Selama ini, kiranya kebutuhan hajat hidup orang banyak justru tidak menjadi prioritas utama yang teragendakan secara pasti. Inilah kiranya yang menjadi dasar argumentasinya. Kebijakan yang pro rakyat, masih menjadi tugas rumah bagi pemimpin selanjutnya.
Ditambah dengan swing voters, yang secara jelas memberi batasan terhadap ruang pelibatan politis. Sikap netralnya dalam politik jelang Pemilu, lebih mengarah pada pilihan yang dilihat melalui sajian program kerja semata.
Khususnya terhadap visi misi dari setiap paslon, yang dianggap rasional atau tidak rasional. Walau perbedaannya terlihat dalam aspek sosialisasi yang lebih tertutup. Berbagai faktor realitas sosial politik biasanya menjadi dasar sikap eksklusifnya.
Jadi, baik undecided voters ataupun swing voters, sama-sama memiliki proyeksi politiknya masing-masing. Bukan selalu dijadikan "kambing hitam" terjadinya aksi golput setiap gelaran Pemilu tiba.
Sikap kritisnya tentu menjadi pilihan rasional dan harus dapat dipahami dari sudut pandang yang positif dalam demokrasi. Tinggal bagaimana dari para kandidat dapat meraih dukungan suara mereka secara baik.
Baik melalui tim pemenangan dari masing-masing kandidat, ataupun dari para partisan politiknya. Semua paslon kiranya memiliki peluang yang sama, baik Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan. Pemilu damai harus tetap menjadi prioritas bersama.
Salam damai, dan terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H