Realitas inilah yang kiranya pernah menjadi bahan diskusi penulis bersama mantan DPC PSI Kalideres, Jakarta, beberapa waktu silam. Tak lain guna memberi wacana proyektif bagi progresifitas PSI ketika berupaya mendulang suara. Dimana kaderisasi adalah kuncinya.
Bukan pula sekedar mendorong publik figur yang memiliki daya dukung rasional di jagad media. Namun masih belum teruji secara baik, kiprah politiknya dalam merealisasikan visi misi partai. Dalam hal ini PSI tentu berpotensi kehilangan kader akar rumputnya.
Mungkin, jika rasionalisasi organisasi dapat dijadikan pijakan utamanya kembali. Tentu akan memberi paradigma baru bagi para kadernya. Muda, progresif, dan responsif terhadap kepentingan umum, bisa memungkinkan untuk jadi modal sosial lainnya.
Maka, meminimalisir kemungkinan blunder politik dapat dicegah demi soliditas partai secara penuh. Khususnya kala PSI hendak berkoalisi dengan partai besar lainnya. Jaminan daya dukung sosial dapat menjadi ruang tawar yang prospektif dan rasional.
Khususnya dalam usaha meraih suara dari para pemilih pemula. Sosok atau figur seorang pemimpin, dapat menjadi ruang reflektif bagi pilihan politik publik. Walau daya dukung secara materil menjadi tolok ukur utama berjalannya roda politik partai yang progresif.
Semoga bermanfaat, salam damai, dan terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H