Siapa sangka, manuver politik Partai Solidaritas Indonesia (PSI), setelah "tidak dianggap" oleh PDIP akhirnya memilih untuk memberi dukungan kepada Anies Baswedan. Hal ini dapat terkonfirmasi melalui sikap kader dan caleg PSI, Ade Armando. Sosok yang sebelumnya paling getol menyuarakan sikap pertentangannya terhadap kebijakan Anie Baswedan.
Ade Armando memberi sebuah pernyataan yang memang mengejutkan berbagai kalangan. Lantaran secara terbuka melalui kanal medianya, ia menjelaskan bahwa Anies Baswedan adalah tokoh yang layak jadi Presiden. Alasannya adalah menyinggung soal rasisme yang kerap dilontarkan oleh para penentangnya. Khususnya bagi pencalonan Anies Baswedan sebagai capres.
Namun, secara resmi, PSI sendiri tidak menyatakan dukungan politisnya terhadap Anies Baswedan. Pendapat Ade Armando, kiranya dapat ditafsirkan sebagai dukungan pribadi, atas pandangannya terkait realitas politik belakangan ini. Terlebih, usai ia menjelaskan bahwa politik transaksional tidak tepat jika dijadikan proyeksi partai koalisi pendukung capres.
Ini adalah analisa pribadi yang berkenaan dengan sikap PDIP, yang menganggap PSI tidak memiliki suara signifikan dalam koalisi parpol manapun juga. Pun dengan koalisi PDIP yang dibangun untuk mendukung Ganjar Pranowo. Seperti kita ketahui, bahwa suara PSI tidak lebih dari 2 persen secara elektebilitas nasional.
Maka tidaklah heran jika partai besar seperti PDIP yang memiliki jumlah suara besar, menjadi lebih dominan dalam menentukan arah ataupun mekanisme pemenangan capres. Termasuk dengan konsepsi mengenai kabinet yang hendak dibangunnya kelak. Mungkin ini yang jadi dasar kekecewaan Ade Armando, yang notabene juga seorang pimpinan tim pemenangan Ganjar Pranowo.
Barangkali puncaknya ada pada sikap tegas PDIP yang menolak dukungan PSI terhadap Ganjar Pranowo. Lantaran dianggap tidak memiliki etika politik dalam komunikasi secara resmi. Jadi, kiranya bukan soal bagaimana PDIP memandang PSI sebagai partai yang "tidak dianggap", melainkan komitmen memberi dukungan politis terhadap siapapun capresnya dapatlah penting untuk diparesiasi.
Entah apa yang dapat dijadikan alasan utama, "pergesekan" politik antara PDIP dengan PSI. Ataupun mungkin perihal pencalonan Kaesang Pangarep yang diusung oleh PSI untuk jadi Walikota Depok. Semua ada kaitan dan dampak yang patut dijadikan analisis bersama. Khususnya bagi berbagai kalangan, yang menyoroti sikap politis PSI belakangan ini.
Apalagi jika persepsi ini keluar dari seorang Ade Armando, yang dianggap kontroversial oleh publik. Dalam pilihan dan manuver politik yang tentu memberi beragam persepsi oleh setiap partai kontestan pemilu. Jadi, tidak hanya publik yang dibuat terkejut, pun dengan partai-partai lain yang tengah melakukan komunikasi politik untuk koalisi parpol pemilu 2024 kelak.
Apakah ini merupakan langkah strategis PSI, atau hanya langkah "dua kaki" PSI, dengan memberi sikap hati-hati dalam menentukan pilihan dan dukungannya. Jika disoroti, dalam beberapa waktu belakangan, PSI memang tidak mengeluarkan sindiran individu lagi terhadap Anies Baswedan. Termasuk Giring Ganesha, selaku Ketua Umum PSI, yang terlihat lebih apresiatif terhadap Anies.
Baik pernyataan Ade Armando ataupun sikap Giring Ganesha memang banyak menjadi sorotan di laman media digital, seperti Tik Tok. Entah ini merupakan bagian dari strategi kampanye, atau hoax politik, hal ini kiranya belum ada klarifikasi dari PSI sendiri secara resmi. Maka wajar, jika publik menganggap PSI tengah cawe-cawe terhadap pencapresan Anies Baswedan.