Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Masih Saja Ada Guru Yang Dipenjara?

6 Mei 2023   05:30 Diperbarui: 6 Mei 2023   05:42 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penjara (sumber: freepik.com)

Tentu banyak harapan yang dapat tertuang bagi masa depan guru di Indonesia kedepan. Momentum hari pendidikan sebaiknya tidak hanya sekedar pengingat tugas guru demi harapan bangsa di kemudian hari. Perhatian terhadap kesejahteraan guru pun sepatutnya menjadi bagian yang dapat diperjuangkan, demi tercapainya mutu pendidikan yang lebih baik.

Kisah guru Sularno, yang terdata sebagai guru honorer, dengan penghasilan 500 ribu/bulan, sepertinya dapat memberi fakta bagi kita semua. Itupun tidak dibayarkan secara langsung setiap bulannya, karena menunggu Dana Bantuan Sekolah (BOS) turun. Ini adalah realita pendidikan saat ini, bahwa masih banyak guru di berbagai daerah yang kiranya dapat menjadi perhatian bersama.

Maka, dapatlah menjadi abstraksi bagi quo vadis pendidikan kita di masa yang akan datang. Kisah guru Sularno tentu bukanlah satu-satunya. Tentu dengan harapan besar bagi masa depan generasi bangsa yang tercerdaskan sesuai dengan amanat UUD 45. Bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap warga Negara, yang kini tengah berhadapan dengan hak dan kewajiban bagi para pelakunya.

Kita tentunya juga pahami segala aspek kebutuhan anak di era gempuran budaya modern saat ini. Menyelaraskan orientasi belajar di era digital tentu menjadi tantangan tersendiri bagi guru yang terkadang masih berpikir konvensional. Kebutuhan siswa tentu menjadi hal no.1 bagi setiap pendidik guna ketercapaian materi ajar yang disajikan.

Ragam metode yang dikembangkan melalui pendekatan kurikulum merdeka kiranya patut dipahami pula secara luas. Dengan melihat berbagai sisi perkembangan diri setiap siswa, yang berbeda-beda. Setiap siswa tentu punya karakternya masing-masing, namun, penyesuaian terhadap kebebasan ini sebaiknya juga dapat diproyeksikan menjadi tujuan yang memiliki berbagai unsur edukasi.

Bukan bermaksud menjustifikasi kasus ini sebagai bagian dari persoalan pendidikan. Berangkat dari kisah guru Sularno, kita dapat pahami bahwa masih banyak aspek-aspek kependidikanan yang menjadi tugas bersama. Baik antara pemangku kebijakan, bersama unsur pendidikan dalam ruang-ruang diskusi terbuka, demi masa depan generasi bangsa kita.

Semoga bermanfaat, sekian dan terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun