Bukan hanya itu, bahkan KH. Noer Ali dari Laskar Hizbullah, sampai berkonflik dengan para laskar yang bertindak semena-mena terhadap rakyat. Lain halnya dengan gerombolan Pa Belah, yang kerap menyatroni para pedagang atau pejabat setempat di area Cikampek. Ia bersama pasukannya pada akhirnya pun ditumpas secara keras oleh pasukan TKR.
Pada umumnya, para pengacau tersebut memang memanfaatkan suasana kacau yang terjadi di setiap wilayah. Khususnya area Bekasi hingga Karawang. Alih-alih para pejuang tengah baku tembak dengan pasukan NICA, mereka justru berulah dengan mengacaukan keamanan rakyat.
Berbeda dengan Laskar Rakyat Jakarta Raya (LRJR) yang mengacau dengan alasan menolak persetujuan Linggarjati. Latar belakang ideologis dan politik mereka akhirnya dapat disimpulkan sebagai bagian dari rencana pemberontakan. Aksi-aksi anarkisme laskar LRJR di Karawang pada akhirnya tidak mendapatkan simpati dari rakyat. Walau diakhiri dengan jalan saling bertempur antar sesama.
Setelah aksi penculikan terhadap Mayor Suroto Kunto oleh laskar LRJR, pasukan TKR pun bergerak untuk menyelesaikan aksi mereka dengan jalan pertempuran. Letkol Daan Jahja dari Brigade Purwakarta akhirnya berhasil menghancurkan laskar LRJR di sekitar Karawang pada November 1946, sampai sisa pasukannya disidangkan dalam pengadilan militer di Subang.
Tragis memang situasi yang terjadi diantara kawasan Bekasi hingga Karawang sampai penghujung tahun 1948. Terlebih pada masa Agresi Militer Belanda I dan II, yang benar-benar telah menghancurkan dua wilayah tersebut secara brutal. Sebuah kisah sejarah yang panjang tentunya dapat diulas dalam berbagai peristiwa yang ada.
Khususnya pada fase-fase awal pasca Proklamasi sampai ke telinga rakyat Bekasi hingga Karawang. Seketika banyak dari kelompok-kelompok rakyat yang memobilisasi diri dalam kesatuan atau laskar perjuangan. Fase kritis dalam upaya konsolidasi kekuatan Republik, yang sejatinya memang bertujuan menjaga kibar Proklamasi agar tetap dipertahankan.
Sekiranya demikian, sekelumit kisah sejarah Indonesia pada masa silam yang dapat dituliskan. Baik diantara para tokoh dan pahlawan yang terlibat dalam kronik Karawang-Bekasi, sejatinya dapat memberi abstraksi bagi kita dalam melihat khasanah sejarah Indonesia secara luas.
Pengalaman membersamai anak-anak di Kab. Karawang memang memiliki kesan tersendiri hingga kini. Selain faktor nasionalisme ada juga faktor semangat yang sekiranya dapat menjadi inspirasi untuk kita semua. Diantara banyaknya area yang minim akses pendidikan atau layanan kesehatan, faktor kayakinan dalam meraih cita-cita sejatinya dapat menjadi pengalaman yang sangat berarti bagi semua. Semoga bermanfaat.
*Sanggabuana-Karawang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H