Kisah sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, tentu akan semakin menarik jika kita mengetahui kiprah para pasukan asing yang berada di barisan pejuang Republik. Banyak diantara mereka justru simpati terhadap usaha kemerdekaan bangsa Indonesia. Walau memiliki alasan yang beragam dari para serdadu desersian Sekutu ini.
Jadi bukan hanya pasukan Jepang yang memilih desersi untuk membela Indonesia, tetapi dari berbagai negara lainnya. Seperti Korea, China, Filiphina, Pakistan, India, dan lainnya. Diantara yang paling dominan adalah Pakistan/India dan Jepang. Tentu kita sudah mengenal Shigeru Ono ataupun Tomegoro Yoshimuzi yang bergabung dalam Pasukan Gerilya Istimewa (PGI).
Tetapi kali ini adalah kisah dari para tentara Gurkha (Inggris) yang membelot karena prinsip persaudaraan. Ya, sebuah prinsip yang berlatar kedekatan keyakinan dan historis tentunya. Seperti para pasukan Gurkha/Pakistan, yang mayoritas beragama Islam. Prinsip "sesama Muslim dilarang saling membunuh", faktanya menjadi argumentasi utama sebab akibat mereka melakukan desersi.
Selain itu kedekatan historis umat Hindu dari Gurkha/India, yang belakangan takjub karena peninggalan umat Hindu di Indonesia, mungkin dapat dijadikan analisis penting bagi sikap para pasukan Gurkha ini. Kita semua tahu bukan, bahwa agama Hindu di Indonesia pernah menjadi agama mayoritas pada masa Kerajaan Hindu/Budha.
Selebihnya adalah faktor pribadi, yang juga dapat ditafsirkan dalam pendekatan pragmatis. Seperti menikah dengan penduduk lokal, atau sekedar mencari keuntungan materil. Semua itu tentu saja tidak lebih besar dari pada rasa humanisme antar sesama negara terjajah. Dimana kala itu India adalah negara persemakmuran Inggris, dan tahun 1947, India meraih kemerdekaannya dari Inggris.
Maka wajar jika banyak pasukan Gurkha yang memilih untuk berjuang bersama para pejuang, ketika mengetahui bahwa India telah merdeka.
Melihat fenomena tersebut, maka pemerintah Indonesia berinisiatif untuk membentuk kesatuan tempur yang terdiri dari pasukan asing. International Volunteers Brigade akhirnya dibentuk pada tanggal 30 Agustus 1947, dengan Abdul Matin sebagai komandannya, serta Ghulam Ali sebagai wakil. Mereka yang tergabung dalam Brigade ini, kemudian disebar ke seluruh front di berbagai daerah.
Selain untuk melatih para gerilyawan Republik, tugas mereka dalam merakit persenjataan merupakan bagian terpenting dalam suatu pertempuran. Apalagi, diantara mereka banyak memiliki keahlian membuat ranjau atau bahan peledak. Semua saling berkontribusi hanya demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Seorang wartawan India, P.R. S. Mani menyebutkan, bahwa 600 tentara India telah membelot kepada Indonesia. Walaupun banyak diantara mereka yang akhirnya tertangkap, tetapi tidak sedikit pula yang gugur dalam suatu pertempuran. Seperti Mohd. Hussein yang gugur dalam peristiwa pertempuran di Mojokerto, Jawa Timur.
Ataupun pada peristiwa Medan Area, banyak diantara pasukan Gurkha terlibat aktif dalam kampanye kemerdekaan Indonesia melalui radio gerilya Rimba Raya. Pada pertempuran di Pematang Siantar, bahkan banyak diantara mereka yang gugur. Sekitar 15 orang Gurkha menjadi korban pada peristiwa tersebut.