Jangan berharap, jika perlombaan-perlombaan 17an dapat dilakukan disini secara rutin. Keterbatasan ekonomi sudah menjadi fakta sosial yang belum selesai hingga kini. Karena rata-rata warga hanya bekerja sebagai petani gurem, selain mengandalkan hasil hutan yang tidak selalu baik. Hal inilah yang akhirnya membuat masyarakat disini lebih memilih menjadi perantau.
Tetapi apakah kita dapat menutup mata terhadap realitas ini? Khususnya bagi anak-anak di beberapa dusun disana. Menjaga kibar Merah Putih dalam bingkai nasionalisme tentu saja membutuhkan modal dan konsistensi yang gak mudah kini. Walau faktanya tidak mudah.
Kisah para gerilyawan Republik sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan. Walau arus modernisasi sedikit demi sedikit menggerus perilaku dan sikap anak-anak disana. Hal yang menjadi tugas kita bersama tentunya. Terlebih usai pandemi, semangat untuk pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat semestinya sudah menjadi tanggung jawab bersama.
Kibar semangat perjuangan para pejuang dahulu kala mungkin telah jadi cerita pengantar tidur mereka. Tidak sekedar pembangkit semangat untuk meraih cita-cita dan harapan yang lebih baik. Tetapi lebih kepada inspirasi bagi kita semua dalam memaknai arti dari Proklamasi Kemerdekaan bangsa yang selalu diperingati setiap tahunnya. Semoga bermanfaat.