Adam Malik, dengan segala keunikannya. Pandangannya terhadap perjuangan sosialisme Indonesia, kerap diutarakan dalam berbagai moment, terlebih ketika beliau menjabat sebagai Menteri Perdagangan pada 1963. Pemikiran Tan Malaka sampai saat ini, memang masih melekat terhadap kebijakan politiknya.
Namun, peristiwa 30 September 1965, kemudian merubah pemikiran politiknya secara menyeluruh. Beliau tidak lagi bergabung dengan Partai Murba, yang telah membesarkan namanya. Pola pikir politiknya pun mulai jauh dari konsepsi sosialisme.
Seperti kita ketahui, sejak peristiwa itu (30 September 1965), para penganut paham sosialisme/komunisme menjadi musuh bersama yang harus "dibinasakan". Tak terkecuali Adam Malik, yang lekat dengan identitas Tan Malaka. Walau Tan Malaka sendiri seperti telah kita bahas, adalah seseorang yang menentang pemberontakan PKI.
Atas sikapnya, Presiden Soeharto yang kala itu telah menggantikan Presiden Soekarno, mengangkat dirinya sebagai Wakil Presiden untuk jabatan tahun 1978 hingga 1983. Tujuannya tak lain untuk kemakmuran Indonesia, seperti keahliannya dalam memandang kemakmuran dari sudut pandang sosialisme, seperti yang pernah dianutnya.
Beliau ini adalah salah seorang pelopor berdirinya ASEAN lho pada tahun 1967. Maka wajar, diplomasinya sangat dibutuhkan juga pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Terlebih ketika beliau pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Umum PBB pada 1971. So, pasti, setelah beliau wafat pada tahun 1984, kemudian gelar Pahlawan Nasional diberikan kepadanya pada tahun 1998.
Begitulah sekiranya, apa yang dapat penulis sampaikan terkait dengan Adam Malik. Jika ada hal yang kurang tepat, dengan sadar diri, penulis menghaturkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya. Semoga bermanfaat.