Seorang sosok berperawakan besar, tegap, dan mempunyai ciri khas kumisnya yang melintang. Yap, beliaulah Sakerah, seorang pejuang dari Pasuruan yang menjadi simbol perjuangan masyarakat Jawa Timur hingga masa mempertahankan kemerdekaan. Jago dari daerah Bangli ini selain terkenal karena keahlian silatnya, ilmu kanuragannya pun dapat dikatakan sebanding dengan jago dari Betawi, Pitung.
Sakerah memiliki nama asli Sadiman, seorang tokoh masyarakat yang hidupnya berkecukupan, karena berasal dari kalangan ningrat. Nama Sakerah sendiri diambil dari bahasa Kawi, yang artinya ramah dan suka menolong. Pada masa kolonial Belanda, identitas ningrat lekat dengan stigma negatif, karena dianggap dekat dengan penguasa asing. Tetapi tidak dengan Sakerah, beliau justru dekat dengan masyarakat yang tengah menentang kolonialisme di Indonesia.
Beliau sendiri memiliki pekerjaan sebagai mandor di sebuah perkebunan tebu, Kancil Mas, Pasuruan. Sikap tegasnya dalam memimpin perekebunan disukai oleh masyarakat, karena sifat keberpihakannya kepada masyarakat dalam kesejahteraan hidupnya. Ya, beliau memang kerap terlibat bentrokan dengan jago-jago sewaan Belanda, yang suka mempekerjakan buruh dengan tidak layak. Selain itu, Sakerah juga tidak segan-segan membantu para pekerja yang tengah berhadapan dengan masalah di perkebunan.
Karena sifatnya ini, kemudian banyak diantara penguasa kolonial yang tidak suka dengan tindak tanduknya. Seorang mandor yang berpihak kepada perjuangan rakyat untuk menentang Belanda. Maka, banyak disewalah para jago bayaran, yang kemudian ditugaskan untuk menyingkirkan Sakerah.
Masyarakat Pasuruan mengenal sosok Sakerah adalah jago yang memiliki kesaktian diatas rata-rata para jago. Beliau kebal terhadap senjata tajam, dan bahkan peluru. Pasukan Belanda yang beberapa kali mencoba untuk menembaknya, dikatakan tidak mampu untuk menandingi kekuatannya, walau beliau hanya berbekal dengan senjata clurit. Fyi, clurit yang dipakai beliau ini bukanlah sembarang senjata, tetapi senjata khas Madura yang konon memiliki kesaktian luar biasa.
Yap, hampir serupa dengan kisah Pitung. Akhirnya, pada suatu kesempatan, musuh-musuhnya berhasil mengetahui kelemahan Sakerah. Dimana penggunaan peluru emas, juga diberlakukan ketika musuh hendak menaklukkannya. Alhasil, usai ditaklukkan, jasad Sakerah dipisahkan menjadi empat bagian, dan dikuburkan ditempat yang berbeda. Maka, usai insiden tersebut, simbol perjuangan rakyat Pasuruan sirna bak ditelan bumi.
Tetapi, kita masih dapat mengetahui kisahnya dari berbagai macam tutur yang beredar di masyarakat Pasuruan hingga Madura. Sebagai sosok yang mampu memberikan semangat juang pada masa-masa selanjutnya. Dengan identifikasi kaos lurik berwarna merah putih, yang jadi kebanggannya ketika berjuang. Berbalut jubah hitam, yang artinya adalah keabadian. Yap, itulah Sakerah dengan kisah perjuangannya. Semoga dapat memberi informasi bagi kita semua, khususnya generasi muda.